-Genangan Air Belum Surut
CILAMAYA WETAN, RAKA- Memasuki hari ketujuh bencana banjir yang melanda Cilamaya Wetan, genangan air disejumlah desa di Kecamatan Cilamaya Wetan masih nampak tenang, bahkan di Desa Muarabaru, Kalen Apur yang seharusnya mengalir ke muara laut justru balik arah. Tingginya genangan dan pasang air laut sampai melumpuhkan aktivitas masyarakat.
Berdasarkan pantauan RAKA, tidak sedikit akses antar kecamatan terputus karena infrastruktur jalan tergenang air luapan sawah yang berubah menjadi lautan, seperti jalur akses Cilamaya-Tempuran nampak genangan air masih menghantui pengendara di Mekarmaya, Kosambilempeng Sukatani dan Pasirukem . Begitupun akses Kecamatan Lemahabang- Tempuran jalan sudah tidak bisa dilalui terutama di Desa Jayanegara, Purwajaya dan Tempuran. Titik lainnya juga nampak di Jalur Cilamaya- Subang, dimana lajur pertigaan Kecepet sampai Pasar Cilamaya pengendara masih terjebak banjir. Begitupun Jalur Tempuran-Cilebar, jalanan disepanjang Desa Purwajaya dan Pancakarya masih sulit dilalui, tak ayal kondisi banjir yang menutup bahu jalan hampir disetiap kecamatan tersebut membuat kelimpungan para pengendara, meski pada akhirnya banyak penawar jasa angkutan roda, cator dan perahu dengan mematok harga tinggi agar pengendara sepeda motor bisa menembus akses tersebut.
Salah seorang pengendara asal Cilamaya, Gani (29) mengatakan, setiap harinya ia yang bekerja disalah satu perusahaan di Karawang harus basah kuyup terkena banjir. Ia mengaku sempat kesulitan, karena jarak dari desanya di Tegalurung menggunakan Jalur Tempuran-Wadas harus putar arah ke Tempuran- Telagasari, sayangnya sempat 2 hari jalur tersebut juga tergenang banjir tepatnya di Desa Pagadungan dan Pancakarya, merasa perlu melihat kondisi disemua akses jalan sehari setelahnya juga ia berangkat kerja melalui jalur Pasirukem-Sukamulya, ternyata kondisinya tak beda jauh, jalur alternatif sekalipun tergenang air tepatnya di Dusun Prako.
Tak hanya itu, lanjut Gani temannya dari Desa Sukatani, juga kesulitan menempuh akses Jalan Kecepet, karena sama-sama ditimpa banjir. Melihat kondisi itu, tambahnya, sudah 3 hari terakhir dirinya menggunakan jasa becak maupun roda untuk melintasi akses-akses tersebut dengan merogoh uang yang tak sedikit. "Bayangkan saja setiap hari satu kali melintas Rp 20 ribu kalau dua kali berarti 40 ribu, nah kita sudah tiga hari hanya untuk melintas sudah habis Rp 120 ribu," keluhnya kepada RAKA.
Sementara itu, Kades Cilamaya, Kuswaedi menuturkan, pasang surutnya air di Desa Cilamaya, akibat Kalen Cilamaya terus membuat shock masyarakat, bahkan dirinya juga ikut-ikutan mengungsi di kantor desa lantaran rumahnya ikut terendam. Melihat kondisi saat ini ia menyayangkan kurang maksimalnya bantuan, dirinya cukup faham saat minta bantuan harus gunakan proposal dan prosedur ajuan lainnya, tapi ia ingatkan hal itu merupakan bantuan yang ada tengang wakut seperti bansara, tunjangan, bantuan keuangan dan lainnya. "Aturan tinggal aturan,prosedur tinggal prosedurtapi disana ada terselip yang namanya kebijakan," ujarnya. (rud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar