Rabu, 22 Januari 2014

Medalsari Berpotensi Budidaya Rempah-rempah

PANGKALAN, RAKA - Desa Medalsari, Kecamatan Pangkalan, berpotensi sebagai penghasil rempah-rempah. Hal ini bisa terwujud jika dilakukan pengembangan secara serius serta mendapat dukungan permodalan dan manajemen yang memadai.

Hal itu diungkapkan Ketua kelompok Alam Herbal, Jamsu Koswara. Jamsu yang juga dikenal sebagai pengepul rempah-rempah Desa Medalsari mengungkapkan itu, kemarin. Dia menuturkan, keharuman rempah-rempah Indonesia sudah terkenal sejak jaman dulu. Bahkan saking harumnya rempah-rempah ini sampai-sampai mendapat perhatian serius Pemerintah Kerajaan Belanda kala itu. Mereka mengirimkan VOC untuk melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
"Apa yang dilakukan orang Belanda di jaman dulu melalui monopoli perdagangan rempah-rempah adalah bukti manajemen yang baik yang dilakukan oleh penjajah untuk berdagang rempah-rempah. Cara-cara seperti itu tidak ada salahnya untuk ditiru demi kebaikan perdagangan rempah-rempah," ungkap Jamsu, beberapa waktu lalu.
Selaku pengepul yang sudah lama menggeluti bisnis tersebut kurang lebih sepuluh tahunan, Jamsu menyampaikan beberapa jenis rempah-rempah yang pernah ia olah hingga kurang lebih mencapai 75 jenis. Dari 75 jenis tersebut diantaranya daun salam, binahong, rumput mutiara, sereh dapur, alang-alang, sidaguri, kladi tikus, cakar ayam, daun sukun, daun sirsak, bawang dayak, pegagan (antanan), kiurat, tempuyung, sisik naga, murbey, akar senggugu, tapak liman, tapak dara, daun kelor, keji beling, ganda rusa dan mangkokan.
Selama menekuni usaha ini kelompok-kelompok Alam Herbal ini menginformasikan bahwa dalam pemasaran untuk sementara baru perusahaan sepulau jawa saja. Namun kalaupun pemasarannya hanya baru di pulau jawa saja ternyata pengepul yang lebih besar atau perusahaan yang biasa ia kirim sering, bukan hanya memasarkan di dalam negeri saja akan tetapi perusahaan tersebut melakukan eksport hingga kebeberapa negara luar diantaranya ke Laos, Korea, Jepang, dan Belanda. Hingga dalam pemenuhan kebutuhan tersebut dalam kerjanya atau pengembangan bisnis ini keleompok tersebut bekerja sama juga dengan petani yang ada di Sukabumi, Cianjur, dan Bogor, bahkan dalam keseriusannya hingga ada yang mengedrop dari Jawa tengah Jawa Timur. Menurutnya mungkin itulah yang namanya pemasaran, sementara dirinya sendiri memasok pada perusahaan yang ada di daerah petani yang ada di kota tersebut. 
Dari kondisi tersebut Jamsu menceritakan sejarah bahwa rempah-rempah Indonesia menjadi daya tarik bagi para penjajah untuk datang ke Indonesia. Bahkan untuk memperoleh rempah-rempah sebanyak mungkin, mereka melaksanakan sistem monopoli dalam perdagangan. Namun sistem monopoli perdagangan belum dapat memuaskan nafsunya, maka mereka berusaha menguasai Indonesia. Sebab, dengan kekuasaan yang diperoleh, mereka dapat berbuat sekehendak hatinya dan mendapatkan hasil yang maksimal. Sementara itu, pendidikan masyarakat Indonesiapun berjalan dengan sangat memprihatinkan. Penjajah tidak dapat menampung seluruh masyarakat Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan terbatas hanya pada kalangan atas seperti keluarga raja, para bupati, para pejabat tinggi kerajaan atau orang-orang kaya saja. Pelaksanaan pendidikan dilakukan hanya untuk memberikan pengetahuan agar rakyat dapat membaca dan menulis. Dan bagi mereka yang telah mengenyam pendidikan, hanya diperkerjakan pada perusahaan- perusahaan swasta asing. Menurutnya berbeda dengan saat ini dengan sistem eksport.
Tak hanya itu ketua kelompok inipun menyebutkan bahwa untuk saat ini selain dari beberapa jenis rempah-rempah yang tetap Dia tekuni ada yang sedang menjadi perhatian khusus dan menjadi prioritas yaitu tanaman sereh dapur. Dari prioritas tersebut Jamsu menceritakan bahwa kelompoknya baru mempunyai kurang lebih dari 20 petani baru mempunyai enam hektaran tanaman sereh dapur. Dengan pengembangan sereh bangkok dan lokal. Namun hal ini baru mempunyai kemampuan untuk mengirim ke pengepul saja, dan kalau jika ingin masuk ke perusahaan atau kontrak dengan hitungan jika satu hektar menghasilkan 25 ton, maka pihaknya masih membutuhkan 10 hektaran lagi.
Jamsu juga mengungkapkan perlu adanya bantuan permodalan hingga dapat langsung masuk ke perusahaan dengan kontrak tanpa melalui pengepul lagi. Dalam pengembangan inipun ketua kelompok ini menjelaskan dengan kisaran biaya perhektar mencapai 10 jutaan, maka sedikitnya untuk saat ini membutuhkan bantuan seratus jutaan. Maka dalam hal ini dia berharap baik pemerintah atau pengusaha untuk dapat memberi perhatian, sebab pengembangan usahanya tersebut dapa menyerap tenaga lebih banyak lagi, dan tidak merusak lingkungan malah semakin di tekuni, semakin baik untuk lingkungan dan makin terasa keterkaitan dengan alam.
Sementara, Ocim (30) dan Jasman (45) merupakan bagian dari kelompok yang di arahkan Jamsu mengaku untuk saat ini bahwa pekerjaan untuk mengumpulkan rempah-rempah menjadi andalan mereka. Sebab dalam usaha inipun selain sumbernya banyak di dapatkan di sekitar tempat tinggal mereka, juga hampir tidak mengenal musim, hingga sering menjadi andalam jika di musim peceklik. Ditambah lagi dalam pekerjaan inipun tak terlalu menyita waktu, apalagi jika di kelompok tersebut sudah mempunyai open atau pengering rempah-rempah, maka pekerjaanya akan lebih gampang dan tidak akan terkendala dengan musim hujan. Karena untuk saat ini masih terkendala dalam proses pengeringan, mungkin hal ini akan terjadi selama musim hujan. Bahkan hal ini tenaga kerjapun bukan hanya dari kaum pria saja, akan tetapi menyerap juga tenaga para Ibu Rumah Tangga dapat di berdayakan. (ark) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar