Selasa, 21 Januari 2014

Pengungsi Korban Banjir Tak Terkoordinir

KARAWANG, RAKA - Hingga hari ketiga banjir melanda Karawang, Kepala Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Karawang, A. Rokhuyun Santosa, tidak mengetahui jumlah pengungsi, maupun jumlah posko pengungsian.

"Untuk jumlah pengungsi kita belum tahu, jumlah posko pengungsi juga kita tidak tahu. Jadi desa hanya melaporkan kebutuhan logistik," ucap Rokhuyun A. Santosa kepada RAKA di kantornya, Senin (20/1).
Rokhuyun beralasan, belum terdatanya jumlah pengungsi maupun jumlah posko pengungsian hingga hari ketiga banjir besar menerjang Karawang, karena pihaknya masih fokus melakukan evakuasi. "Lebih fokuskan pertolongan menggunakan perahu," kata dia.
Selain itu, Rokhuyun juga mengaku masih kekurangan tenda pengungsian, dan juga dapur umum bahkan logistik yang tiap harinya terus terkuras. Karena tingginya warga yang mengajukan bantuan logistik. "Kita juga keterbatasan tenda dan dapur umum dan logistik," seru Rokhuyun.
Untuk ketersedian logisitk, tercatat dalam dua hari terakhir mengeluarkan 42 ton beras. Permintaan tinggi ini tak terlepas dari parahnya banjir yang melanda Karawang saat ini. "Logisitik 2 hari kemarin 42 ton beras.
Satu hari bisa 21 ton lah, sekarang sudah habis lagi," akunya.
Data terakhir yang diterima Dinsos, hingga berita ini diturunkan, Kecamatan Cikampek melaporkan wilayahnya terendam banjir. "Sejak jam 3 pagi itu sekarang ada 146 desa 25 kecamatan. Nah terakhir Cikampek masuk tergenang banjir," bebernya.
Selain itu, banjir memaksa PLN memadamkan 67 gardu lisitik yang memadamkan sebanyak 14 ribu rumah di perkotaan Karawang. Acount Eksekutif UPJ Karawang Kota, Asep Jana Suryana, mengatakan, sejak Sabtu lalu ketika banjir melanda, sebanyak 67 gardu listik dan sekitar 14 ribuan rumah warga terpaksa dipadamkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya pengamanan dan keselamatan warga, karena khawatir adanya aliran listrik yang terkena air. "Ada 67 gardu dan sekitar 14 ribuan rumah di areal Karawang kota," ungkapnya.
Solusi Bebas Banjir
Mencermati bencana banjir Karawang yang terbilang cukup parah, Ketua DPRD Kabupaten Karawang, Tono Bachtiar, mengatakan, kedepan segara dilakukan perencanaan yang jitu agar masyarakat di daerah rawan banjir dapat terhindar dari luapan Sungai Citarum dan Cibeet. Salah satunya dengan merelokasi warga yang menjadi langganan banjir, karena lokasinya yang rawan.  "Pengerukan kemarin kan efektif tapi alam berkata lain, harus ada pemikiran secara luas melibatkan perencana handal. Di daerah yang notabene di aliran Citarum dan Cibeet ini warga bisa dipindah di daerah yang aman, ini tidak layak, seperti di Telukjambe Barat dan Timur itu perlu ada solusi," ungkap Tono.
Solusi yang disodorkan Tono, Karawang sudah saatnya membuat suatu kanal, atau nantinya berbentuk danau untuk menampung air.  "Solusinya perlu dibuat kanal atau danau yang nantinya menjadi tempat wisata, untuk menampung air hujan," seru Tono.
Meski diakuinya usul yang disodorkannya pastinya akan menuai kendala dan sulit, namun Tono menegaskan perlu adanya terobosan dan perubahan agar Karawang bebas banjir.  "Konsep ini konsep berat tapi kalau tidak dilakukan akan terjadi seperti ini (banjir) terus, semua ini harus ada pemikiran yang mendalam. Pasti tidak mau (warga direlokasi) tapi apakah kita mau seperti ini terus?" imbuh pria asal pesisir Karawang ini. (vid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar