SEPI bantuan dari Pemkab Karawang tidak hanya dirasakan korban banjir di Desa Rengasdengklok Utara dan Desa Kertasari. Korban banjir di Desa Rengasdengklok Selatan juga mengalami hal yang sama.
Warga yang mengalami banjir susulan ini mengalami beban hidup yang sama beratnya. Rumah yang masih tergenang air sangat menyulitkan mereka untuk mencari nafkah. Untuk menyambung hidup, apa saja berusaha mereka lakukan, yang penting bisa makan dan menyambung hidup.
Seorang korban banjir bernama Isah bersama korban banjir lainnya berusaha mencari keong dan siput untuk dijadikan bahan makanan sehari-hari. Rasa laparlah yang menggerakan mereka mencari keong di tengah pesawahan yang masih banjir itu.
warga Dusun Rengasjaya ini memang merupakan korban banjir yang sudah mengalami kekurangan pangan, karena mata pencahariannya yang terhenti akibat banjir.
Di pesawahan yang tidak jauh dari kantor Kecamatan Rengasdengklok itulah, Isah beserta anak dan juga cucunya terjun ke sawah seharian untuk mencari siput yang akan dijadikan lauk pauk menemani makannya.
�Rumah saya masih kebanjiran di Dusun Rengasjaya. Padahal sebelumnya sempat kering, tapi kini kembali kebanjiran sebatas lutut orang dewasa,� aku Isah saat ditemui di sawah yang tidak jauh dari kampungnya.
Diakui Isah, banjir kali ini membuat kehidupan sehari-harinya menjadi lumpuh lagi. Karena selain rumahnya terendam bantuan hingga saat ini juga tidak ada. �Untuk bantuan belum ada sejak banjir susulan kembali datang. Mungkin pemerintah menganggapnya banjir sudah selesai saat banjir pertama kali usai,� terangnya.
Isah juga mengatakan kondisi saat ini berbeda dengan saat banjir pertama. Meski terkena musibah tapi empati dari yang lain tidak ada.
�Ini kenyataanya, kalau korban banjir seperti saya harus berusaha sendiri untuk menyambung hidup sehari- hari. Karena bantuan tidak ada yang datang,� ujarnya.
Di tempat yang sama, Ipah warga banjir lainya mengaku sudah tiga kali mengungsi. �Kita merasa lelah, sudah tiga kali mengungsi,� akunya.
Karena itu Ipah berharap, pemerintah desanya membereskan saluran pembuangan. "Dusun kami memang menjadi pembuangan air. Apa yang kami rasakan selalu berkepanjangan,� keluhnya lagi. (dri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar