Rabu, 05 Februari 2014

Perpustakaan Awal Kebangkitan Desa

TELAGASARI, RAKA- Sejak zaman penjajahan, para pemuda yang melakukan pergerakan menentang penjajahan di Nusantara adalah kaum terdidik. Lahirnya pergerakan Budi Utomo, Syarikat Islam, Taman Siswa, Muhammdyah dan NU telah membuktikan dalam sejarah  bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan. Tidak heran jika saat itu, kelompok-kelompok diskusi dan perpustakaan menjadi aktivitas wajib bagi para pejuang perubahan untuk membebaskan diri dari penjajahan.
"Pengetahuan dan informasi menjadi hal penting saat itu, untuk menyamakan berbagai ide dan pandangan yang berkembang serta melatih diri dalam berorganisasi," kata M Gede Sirian Yusuf, Kabid Ekonomi dan Usaha Forum Pengelola Perpustakaan Desa Kabupaten Karawang.
Dalam konteks era global ini, tambahnya, sering kali penjajahan sudah tidak lagi dalam bentuk yang sama melalui kehadiran pasukan tentara asing yang menguasai daerah atau negera tertentu. Tetapi hakekatnya justru sama, yakni penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang digunakan untuk kepentingan luar demi kepentingan strategis negara maju terhadap negara berkembang atau kepentingan pengusaha kota atau pusat terhadap sumber daya alam desa atau daerah.
Artinya, tambahnya, sebagai masyarakat yang menyatakan dirinya menjalankan nilai-nilai Pancasila, maka perlawanan terhadap penindasan, pembodohan dan pemiskinan harus dilawan dewasa ini dengan pengetahuan dan salah satunya lewat perpustakaan. Pasalnya, penguasaan tanah dan sawah untuk kepentingan dari luar desa yang kemudian terjadi alih fungsi tanah desa tersebut menjadi perumahan, gedung perkantoran, ruko, pabrik, penambangan, mal, hotel, seringkali rakyat memicu ketidak berdayaan. "Disanalah masyarakat kita bertubi-tubi merasakan pembodohan dan pemiskinan," katanya.
Lebih jauh Hilal menambahkan, uang dan materi menjadi prioritas dalam kehidupan saat ini dan menjadikan pola pikir masyarakat berubah dan kehilangan jati dirinya. Bahkan secara sadar, dengan uang dan materi dalam setiap pilkada atau pemilu kerap terberangus hak demokrasinya. Perpustakaan desa seharusnya memainkan peran strategis bagi masyarakat desa, untuk memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan rakyat desa dalam menghadapi perubahan zaman, agar tidak jauh tertinggal dari kemajuan masyarakat kota. Karena hanya di perpustakaan desa, seharusnya menjadi tempat berkumpul untuk melahirkan ide-ide perubahan, menguji perbedaan-perbedaan gagasan, melatih diri dalam tugas atau pekerjaan yang dijalankan secara berkelompok, melatih mobilisasi sumber daya manusia untuk bersama-sama menjalankan gagasan-gagasan yang telah disepakati bersama. "Kuncinya saat ini adalah membuka jendela pengetahuan masyarakat lewat perpustakaan," pungkasnya. (rud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar