Sabtu, 22 Maret 2014

Ekowisata Tegalwaru Belum Digarap

TEGALWARU, RAKA - Sektor pertanian dan peternakan di Kecamatan Tegalwaru belum dikembangkan secara optimal. Padahal kedua sektor tersebut berpotensi menjadi wisata ekologi (ekowisata), yang mampu menjadi penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tidak sedikit. 

Pemerhati sektor pariwisata setempat, Ade Nanda, menyinggung ekowisata Tegalwaru tidak menampik potensi tersebut. Menurut dia, jika dikembangkan secara optimal potensi itu bukan hanya bisa menjadi salah satu penyumbang PAD, tetapi juga turut memicu peningkatan perekonomian masyarakatnya. "Perlu keterlibatan pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi ekowisata Tegalwaru. Dan, bila itu diwujudkan akan besar memberikan dampak positif kepada masyarakat," ungkapnya. 
Sebetulnya masyarakat Tegalwaru dan Pangkalan bisa sejahtera jika semua potensi sumber daya alam yang ada teroptimalkan dengan baik. Seperti wisata curug dan goa alamnya. Dua sektor ini sangat berpotensi mendapat kunjungan wisatawan. Sudah tentu itu juga mesti dibarengi pembangunan infrastruktur jalan yang memadai.
Secara terpisah, Sinatria Maiden, juga mengungkapkan hal sama. Karawang merupakan kabupaten yang sarat tempat-tempat wisata. Mulai dari wisata pantai, alam hingga sejarah. Mestinya dengan potensi-potensi tersebut Karawang memiliki daerah yang menjadi sentra pariwisata. Sinatra menyebutkan Kecamatan Tegalwaru dan Pangkalan daerah sarat wisata yang ideal untuk dikembangkan.
Kendati diakuinya untuk itu perlu dukungan semua pihak, khususnya pemda Karawang. "Tidak ada yang tidak mungkin. Sebetulnya untuk mewujudkan itu hanya perlu dukungan pemerintah karawang, baik secara moril maupun materil. Terutama dalam hal perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik dan untuk kepentingan masyarakat," terangnya.
Sementara itu, Deden Sofyan. Ketua Forum Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (FGP3A) Karawang, mengingatkan tentang sumber daya alam yang amat besar di wilayah selatan Karawang. Menurut Deden, wilayah tersebut masih luas ruang terbuka hijaunya. Kondisi seperti ini dikatakannya ideal untuk mengembangkan sektor peternakan sebagai pendamping sektor pertanian. Diakuinya, sejauh ini memang potensi peternakan baik di Pangkalan maupun Tegalwaru sudah mulai dikembangkan. Meski sifatnya masih sebatas pekerjaan sampingan tetapi hampir rata-rata masyarakat di dua kecamatan itu memiliki hewan peliharaan seperti sapi dan kambing hingga budi daya perikanan.
"Pengembangan peternakan sebenarnya bukan hanya di Tegalwaru saja, tapi sebagian desa di Pangkalan juga punya potensi tersebut. Seperti Desa Mulangsari, Kertasari, Medalsari bahkan Ciptasari, Jatilaksana dan desa Cintaasih yang juga mempunyai potensi perikanan yang sudah berjalan puluhan tahun," ucap Deden. Kendati demikian, tetap ditandaskan Deden, untuk menjadikan potensi tersebut berkembang dengan baik, harus mendapat dukungan dari pemerintah daerah.
Deden juga memberikan wawasan dengan pengembangan pertanian dan peternakan serta perikanan, dengan baik secara otomatis dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Jika perekonomian masyarakat meningkat maka kebutuhan akan kelestarian hutan dan gunung tidak bisa dilepaskan. Karena baik peternakan maupun pertanian tidak bisa terlepas dari pola konservasi lingkungan yang baik.
Perlu disampaikan, Ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri. (ark)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar