Rela Tidur di Kandang Demi Ayam Kesayangan
Meski banjir di Karawang sudah mulai surut, namun masih menyisakan rasa was-was bagi warga bantaran Sungai Citarum di Kampung Benteng, Kelurahan Tanjungmekar, Kecamatan Karawang Barat.
Seperti yang dialami oleh warga RT 06/08, Kibon (52), sejak Sabtu (12/1) lalu kala banjir pertama kali terjadi membuat panik seisi rumahnya. Ya, ketika air merendam rumahnya, barang berharga segera diselamatkan, lalu mencari lokasi pengungsian. Namun Kibon tidak ikut mengungsi bersama warga lainnya di jalan raya. Kibon bersama istri dan kedua anaknya lebih memilih tidur di kandang ayam miliknya. "Ngungsi di kandang ayam dipakai ngungsi," ujar Kibon saat ditemui RAKA, Rabu (22/1) kemarin.
Selama banjir melanda hampir lebih dari 5 hari, ia bersama keluarga tidur di atas kandang ayam berukuran 1,5x3 meter tepat di depan rumahnya. Ditambah kandang ayam yang berisi barang-barang miliknya. Tentu bukan tempat yang ideal untuk tidur pulas di malam hari, terlebih berada di tengah genangan air dan hembusan angin malam. "Kalau hujan dingin, ya tidurin saja," ujarnya sambil tertawa kecil.
Meski selama mengungsi keluarganya tidur bersebelahan dengan ayamnya, namun ia mengaku dapat tidur nyenyak. Meski kadang kala bau tak sedang hinggap di hidungnya, lantaran sang ayam mengeluarkan kotoran.
"Ya kita tidur sama ayam, nyenyak," akunya.
Nah ternyata, alasan Kibon mengungsi di kandang ayam lantaran besarnya rasa sayang terhadap ayam bangkok dan ayam pelung miliknya. "Kita bertahannya karena ayam pelung, dan bangkok saya. Kalau ayam sayur tidak masalah, ini kan ayam mahal saya beli Rp 300 ribu," serunya.
Meski beberapa kali dibujuk oleh RT setempat maupun tim evakuasi, dia menolak untuk dipindahkan karena lebih memilih tidur di kandang ayam bersama ayamnya. " Dibujuk sama RT suruh naik aja ke atas, tapi saya gak mau karena ada ayam. Kita suruh naik, cuma kita ini ada ayam," ulas pria berprofesi sopir truk ini.
Sementara itu, istri Kibon mengaku beruntung dengan keberadaan kandang ayam miliknya tersebut, karena sangat membantu saat banjir melanda. "Bapaknya mau bikin kandang ayam, punya ayam tidak ada kandangnya. Banjir-banjir punya kandang ayam pakai ngungsi disitu," ucapnya sambil tersenyum.
Ternyata kandang ayam ini belum dipakai oleh ayam miliknya, namun sudah terlebih dahulu dipakai oleh pemiliknya. "Belum dipakai ayam dipakai orangnya dulu hehehe," seru warga yang sudah menetap lebih dari 20 tahun ini. .
Selama berhari-hari di atas kandang ayam, Kusnati terisolir dan tidak dapat kemana-mana. Untuk makan ia masak sendiri di atas kandang ayam. Kadang bantuan datang, meski begitu ia masih rela mengungsi di atas kandang ayam. "Tidak bisa kemana-mana, kalau makan ada sih bantuan nasi bungkus, mie ada tapi tidak mencukupi saya masak saja," ungkapnya.
Karena luas kandang yang terbatas ini, diakuinya sering kali terdengar suara reotan bahkan khawatir akan roboh. Mengingat ketinggian air kala itu sangat tinggi, bahkan beberapa kali kandang ayam ini ditambah ganjelan dengan batu agar bertambah tinggi. "Tidak enak dingin, dan was-was merobot. Itu sudah mau kerendem lagi, ditolongin warga diganjel lagi," ulasnya.
Selain karena terlalu sayang dengan ayam milik suaminya, keengganan keluarganya untuk menungsi di jalan ataupun di tempat yang tinggi ini lantaran jarak rumahnya dari jalan cukup jauh. Hal itu akan menguras tenaga jika evakuasi disana, begitupun pasca banjirnya. "Karena menjaga barang-barang, kedua ke atas bisa pakai perahu tapi ntar cape pisan. Bawa barang-barang ke rumah," ungkap ibu dua orang anak ini. (vid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar