- Pemkab Diminta Tegas Hentikan Penambangan Pasir
TEGALWARU, RAKA - Dari hasil observasi yang di lakukan oleh Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) dalam program Water Resources Irrigation Management Program (Wismp) Karawang di Sungai Cigentis, beberapa waktu lalu, diketahui bahwa banyak aktivitas penambangan pasir dan batu di aliran sungai tersebut terutama di bagian utara Bendung Waru.
Anja Sugiana SE (36), Koordinator (TPM) program Wismp 2013 Karawang menuturkan, di sekitar Bendung Waru tidak boleh ada aktivitas penambangan dengan zona aman 100 meter ke hulu dan 100 meter ke hilir. Apalagi, aliran Sungai Cigentis cenderung lebih miring dan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga sangat berbahaya. "Perlakuan Sungai Cigeuntis yang menyangkut kehidupan masyarakat di dua kecamatan harus mempunyai perlindungan yang benar-benar aman dan terjamin. Sebab, sedikit saja terganggu maka dampaknya akan terasa oleh petani yang berarti mengganggu masyarakat," katanya pada RAKA.
Dengan demikian, Anja mengharapkan pada pemerintah, untuk peka terhadap apa yang terjadi di sepanjang Sungai Cigeuntis. Sebab di sepanjang sungai tersebut, banyak bangunan bendung yang digunakan untuk kepentingan pertanian. Selain itu, diindikasikan sampai saat ini setiap bendung yang jebol karena adanya galian. "Sementara untuk membangun satu bendung saja di butuhkan dana yang tidak sedikit, bahkan hingga puluhan miliar. Jika saja tidak ada perhatian dari pemerintah Karawang terhadap sungai Cigeuntis, kami akan menghadap DPRD Karawang bersama-sama dengan petani," ancamnya.
Karena jika dibiarkan, lanjut Anja, berarti secara perlahan membunuh petani, sementara keberadaannya dalam pendampingan senantiasa untuk dapat mensejahterakan petani. "Bagaimana bisa terwujud kesejahteraan petani jika kerusakan sungai yang menjadi segala-galanya bagi petani dibiarkan tanpa ada tindakan sama sekali. Ini harus mejadi perhatian khusus bagi pemerintah dan pemerhati lingkungan dan pemerhati sungai," ungkapnya.
Ditempat yang sama, Iim Abdurohim SE, MM, salah seorang TPM yang bertempat tinggal di Kampung Loji, Desa Cintalaksna menuturkan, kalaupun over alih fungsi lahan terus terjadi dan pemindahan kepemilikan lahan dari petani pada pengusaha dan pejabat pun tak pernah berhenti, hingga lahan yang merupakan modal pokok untuk pertanianpun terus berkurang. Namun pada hakikatnya peran serta irigasi tak pernah bisa hilang. "Sebab, ternyata lancarnya aliran sungai atau irigasi yang dihasilkan dari adanya bendung di tiap daerah irigasi bukan hanya untuk pertanian saja, akan tetapi lebih bermanfaat lagi untuk pemasok air rumah tangga dengan melalui air tanah atau sumur penduduk," tuturnya.
Maka menurut dia, kenyataan tersebut membuktikan jika sungai atau irigasi kering, maka sumur yang ada di masing-masing rumah penduduk itupun ikut kering, berbeda jika di sungai atau irigasi itu mengalir kalaupun debit airnya kecil, sumur yang ada pada rumah masyarakatpun tidak kekeringan. "Ketika Bendung Waru belum mengalir banyak perkampungan yang terpaksa harus berkeliling mengambil air hingga berbondong-bondong kesungai Cigeuntis. Hal ini merupakan salah satu bukti kuat bahwa peran serta bendung bukan hanya untuk lahan pertanian saja, akan tetapi lebih pada kehidupan lebih luas lagi. Maka di pandang sudah waktunya pemerintah tidak kompromi dalam permasalahan ini sebab dampaknya lebih merugikan semuanya," pungkasnya. (ark)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar