Kamis, 30 Januari 2014

Petani Purwakarta Panggang Gabah

PURWAKARTA, RAKA - Utirah (56) warga asal Kampung Kerajan, Desa Tanjung Sari, Kecamatan Pondok Salam, terpaksa harus menggarang gabah dari hasil panen di sawah miliknya. Hal tersebut dilakukan, mengingat cuaca di Purwakarta yang terus diguyur hujan.

"Hujan terus, jadi nggak bisa mengeringkannya. Biasanya suka dijemur, tapikan sekarangmah hujan terus," kata Utirah kepada Radar Purwakarta. Padi yang akan diwadahi menggunakan karung lanjut Dia, jangan sampai dalam keadaan basah.
Dilanjut Utira, jika gabah basah akan mengakibatkan gabah tumbuh dan berakar didalam karung. Sehingga, ia mengeringkan terlebih dahulu sebelum akhirnya dimasukan dalam karung. "Supaya agak keringan saja. Soalnya kalau basah terus dimasukan dalam karung padinya bakal tumbuh, apalagi disimpan lama," jelasnya.
Utira mengaku, dengan menggunakan bara api yang dinyalakan pada tungku yang berada di dapur rumahnya. Sedikit demi sedikit gabah digarang dengan menggunakan nyiru (alat yang berasal dari anyaman bambu untuk menampi beras), yang dilapisi oleh batang besi. "Tidak terlalu kering, supaya tak terlalu basah aja," paparnya.
Dia menambahkan, padi yang dipanenya hanya sebagian kecil dari sawah yang ia miliki. Itupun terpaksa dipanen karena dikhawatirkan akan rusak akibat curah hujan yang terus mengguyur di daerahnya. "Ini yang baru dipanen baru satu kwintal, takut rusak saja. Yang lainnya belum dipanen nunggu cuacanya bagus, begitu," jelasnya.
Lain halnya dengan Karna (30) petani padi yang berada di Desa Gandamekar, Kecamatan Plered. Pihaknya hanya bisa mengamparkan gabah hasil panen di sekitar teras rumahnya, ditambah dengan cahaya lampu listrik yang sengaja dipasang. "Sudah beberapa hari padi hasil panen tidak bisa dijemur karena hujan terus, karena takut padi saya busuk, jadi saya hanya bisa menjemur di teras di bawah lampu listrik. Lumayan lah untuk mengatasi kebusukan," singkatnya.(awk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar