-Di Dawuan Barat Ketinggian Air Capai 2 Meter
KARAWANG, RAKA - Untuk kedelapan kalinya sejak akhir Januari lalu, warga Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, terpaksa kembali mengungsi setelah rumahnya terendam banjir, Sabtu (22/2) malam.
Kendati hanya puluhan rumah di RT.02 dan 03 Dusun Pangasinan, tak urung banjir kali ini membuat mereka terlihat cukup dibuat pusing. Pasalnya, terlalu sering terusir air membuat rumah-rumah mereka tak pernah beres dibersihkan dari lumpur. Apalagi bagi rumah yang beralaskan tanah menjadikan kondisi di dalam makin tak nyaman bagi penghuninya. Banjir kali ini, lagi-lagi akibat meluapnya air sungai Cibeet dan Citarum saat hujan mengguyur Sabtu akhir pekan kemarin. Dari pantauan RAKA di lokasi kejadian, genangan air yang masuk rumah-rumah warga tersebut tertinggi mencapai paha orang dewasa, terendah di atas mata kaki. Sampai Minggu (23/2) pagi, banjir kembali surut. Hanya genangan air yang merendam ratusan hektar sawah di wilayah desa ini, termasuk Desa Sukamakmur dan Wadas Kecamatan Telukjambe Timur, hingga kemarin sore, masih terjadi.
Akibatnya, jalan akses warga Karangligar dan Parungsari menuju dan dari interchange Karawang Barat tidak bisa dilalui kendaraan apapun, baik roda dua maupun roda empat. Karena ketinggian air yang meluber ke jalan mencapai sekitar 0.5 meter. Alhasil, warga yang hendak ke kota atau sebaliknya mesti memutar arah melewati jalan Badami yang jarak tempuhnya lebih jauh 3 kali lipat. Di jalan yang terendam itu pula, warga sekitar maupun warga lain memanfaatkan banjir dengan memancing. Sebab banjir yang sempat menenggelamkan empang-empang pembenihan ikan maupun tempat pemancingan umum, banyak yang ikannya terbawa arus air hingga kabur ke pesawahan. Kondisi inilah kemudian dimanfaatkan warga dengan menjala, nganco, sampai memancing selama pesawahan itu terendam. Walaupun tatkala genangan air di jalan mulai surut dan bisa dilalui kendaraan, jalur tersebut seringkali masih tertutup oleh kendaraan para pemburu ikan yang asal memarkir tanpa memperdulikan bahwa jalan ini merupakan jalan umum. Warga berharap, cuaca yang sudah membaik selama Minggu (23/2), tidak kembali turun hujan lebat. "Saya yakin kalau hujan turun lagi banjir susulan sulit dihindari. Masalahnya, debit air Citarum sama Cibeet masih tinggi sampai sore hari ini (kemarin). Kita juga entah dengan cara apalagi agar pemerintah sadar untuk menjamah perbaikan sungai Cibeet. Sungai ini tak pernah terjamah perbaikan. Bantuan logistik, itu kan hanya bersifat darurat. Yang dibutuhkan rakyat adalah bagaimana pemerintah segera action guna mengakhiri banjir menjadi musibah rutin tahunan. Paling tidak area banjir bisa diminimalisir," tegas Kaji, warga Karangligar.
Di Cikampek, banjir dari limpasan sipon merendam tujuh dusun di Desa Dawuan Tengah dan Dawuan Barat. Berdasarkan informasi yang berhasil diperoleh RAKA di lapangan, air mulai meluap pukul 14.00 WIB, Minggu (23/2) kemarin dengan ketinggian mencapai 1 meter hingga 1 setengah meter. Akibat kejadian ini PT Pupuk Kujang Cikampek beserta relawan yang lain bahu membahu menolong para warga yang tengah didera kesulitan akibat banjir yang melanda. Salah satu warga Perum BMI 2 Desa Dawuan Barat, Damsyari kepada RAKA menerangkan bahwa luapan air itu memang sangat besar. Sebagian rumah warga yang berada dipinggiran irigasi sipon menjadi wilayah terdampak paling parah. "Memang di daerah ini kalau hujannya besar selalu kebanjiran akibat sipon yang terus meluap. Beberapa blok dan RT terendam dengan kedalaman bervariasi. Ada yang 50 sentimeter, 70 bahkan ada juga yang sampai 1-2 meter," kata dia.
Tahu kondisi bakal berubah buruk jika hujan tak kunjung berhenti, warga lantas berinisiatif mengamankan beberapa benda berharga seperti perabotan rumah tangga, komponen listrik dan surat-surat agar tidak terendam dengan mengevakuasinya ke tempat yang lebih tinggi. "Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, kalau air sudah naik, yang pertama diamankan adalah surat-surat berharga seperti sertifikat, ijazah dan lainnya. Kemudian baru barang-barang berharga dan alat-alat listrik agar tidak membahayakan," katanya.
Sementara itu, menurut Yayan Sopian Ketua Tim Peduli Lingkungan Green Ciparage mengatakan bahwa pada pukul 20.00 WIB warga berhasil dievakuasi dari 7 dusun, dimana pada waktu itu ketinggian air mencapai 1 meter lebih. "Kami dari tim peduli lingkungan Green Ciparage malam pukul 20.00 WIB kami berhasil mengevakuasi warga dengan mengerahkan 7 unit perahu karet yang ada," katanya.
Selanjutnya dikatakan bahwa untuk logistik bantuan bagi korban banjir tim mendapatkan bantuan baru dari PT.Pupuk Kujang. "Untuk logistik kita Alhamdulillah mendapatkan bantuan dari PT.Pupuk Kujang dan bahkan kami juga sudah membuat posko dapur korban banjir sejumlah 4 titik dikhususkan bagi korban banjir," ungkapnya.
Sementara Aby Radityo Humas PT. Pupuk Kujang bahwa terkait dengan bantuan untuk korban banjir pihaknya telah menyalurkannya melalui tim peduli lingkungan Green Ciparage, dan bantuan tersebut merupakan bantuan langsung dari Serikat Pekerja PT.Pupuk Kujang. "Kami bersama Serikat Pekerja PT.Pupuk Kujang telah menyalurkan bantuan logistik makanan dan minuman kepada korban banjir melalui TPL Green Ciparage, selain itu juga kami berikan bantuan bebrapa unit perahu karet untuk mengevakuasi korban banjir," terangnya.
Longsor di Telagasari Meluas
Longsor di Desa Linggarsari, Kecamatan Telagasari, terus meluas. Selain memutus jalan di RT 07/03 Dusun Linggarsari II, amblasnya tanah dengan kedalaman lebih dari 3 meter juga dirasakan di dua titik lainnya. Kepala Desa Linggarsari, H Rasam, mengatakan, saat ini sudah 22 kepala keluarga yaang rumahnya terancam terseret longsor. Diakuinya memang kebutuhan yang diharapkan sangat beragam utamanya bahan-bahan material. Meski demikian bantuan yng digelontorkan pesantren adalah bantuan pertama yang datang ke Desa Linggarsari untuk sembako, setelah sebelumnya dua karung beras dari Dinsos. Saat ini, tambah Rasam, kondisi jalan masih terputus meskipun bantuan batu kapur dan sirtu sebagian sudah turun ke lokasi. Sayangnya titik lainya di utara Linggarsari terjadi pula longsor susulan yang memicu amblasnya tanah sampai
2 meter. "Kita ingin cepat berlalu tapi longsornya terus bertambah, dan kita ucapkan terimakasih atas bantuan dimanapun datangnya," ujarnya.
Pantauan RAKA di lapangan, sampai saat ini longsor yang dipicu banjir tersebut masih menyulitkan akses ekonomi pedagang, karyawan sampai bocah SD yang harus memutar arah lebih jauh. Melihat itu, Koordinator Babussalam peduli bencana Nasional (BPBN) Kyai Umar Yusuf mengatakan, pihaknya tergerak lakukan kepedulian pada masyarakat korban banjir di sejumlah wilayah di Indonesia. Pasalnya bencana yang mungkin bisa dikategorikan musibah, ujian atau mungkin azab yang melanda sejumlah wilayah mengetuk para donatur, santri dan para jamaah untuk menyampaikan titipanya ke lokasi banjir, gunung meletus, angin puting beliung maupun bencana lainya. Selain di Karawang, pihaknya juga menyalurkan bantuan ke Sinabung dan kabupaten lainya. (vins/vid/rud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar