Senin, 24 Februari 2014

Tionghoa Kalimantan Rayakan Cap Go Meh di Karawang

KARAWANG, RAKA - Perayaan Cap Gomeh 2565 di Karawang dihiasi berbagai penampilan menarik, mulai dari atraksi barongsai, liong,  hingga atraksi debus dari peserta. Dalam ruwat bumi di Tahun Kuda ini diharapkan  pertanian akan subur dan Indonesia terbebas dari bencana.

Perayaan Cap Gomeh dipusatkan di Klenteng Kwan Tee Koen, sejak pagi peserta ruwat bumi sudah berkumpul. Dan tak ketinggalan warga yang ingin menyaksikan salah satu kebudayaan agama dari etnis Tionghoa ini. Di sepanjang ruas jalan yang menjadi rute ruwat bumi ini, di jalan Tuparev, jalan Kertabumi, dan jalan Arif Rahman Hakim disesaki warga yang sekadar untuk melihat. Ruwat bumi dimulai, terlihat joli atau patung dewa dewi mulai diarak, begitu juga barongsai dan liong mulai memperlihatkan atraksinya.
Terlihat disela kepadatan warga, barongsai dan liong ini terlihat mendatangi pertokoan dan juga kerumunan warga, dan amplop merah atau biasa disebut angpao masuk ke dalam mulut naga ini. Ada juga warga mengambil kertas kuning atau disebut Fu. Konon warga yang mengambil fu di altar dewa ini diyakini pembawa rezeki. "Ini biar rezeki nya lancar," ujar warga yang berdoa dan mengambil fu ini.
Peserta ruwat bumi ini juga bukan hanya berasal dari Karawang dan kota-kora besar di Jawa Barat seperti Bekasi, Bandung dan Bogor tapi juga ada yang berasal dari Tangerang, bahkan hingga Kalimantan Barat juga turut hadir memeriahkan Cap Gomeh di Karawang.  Bahkan peserta dari Kalimantan Barat ini ternyata cukup mendapat perhatian lebih dari warga, karena mereka memperlihatkan atraksi kebal senjata tajam. Tubuhnya tidak mempan disabet dengan pedang, bahkan berdiri dan duduk di atas mata pedang tanpa mengalami luka. 
Ketua Yayasan Vihara Dharma Prasada Maha Metta Karawang, Wawan Kurniawan, disela acara mengatakan, Cap Go Meh jatuh pada tanggal 15 bulan pertama tahun Imlek. Menurut tradisi rakyat Tiongkok, sehabis Cap Go Meh maka berakhirlah seluruh perayaan tahun baru Imlek. Dan kali ini perayaan di Karawang terbilang sangat meriah, karena dihadiri oleh warga Tionghoa dari berbagai daerah lain di luar Karawang, dan mendapat respon baik dari warga Karawang meski berbeda agama. "Ini bukti toleransi yang tinggi di Karawang, tidak membedakan agama. Kita lihat bukan hanya Tiongoha saja yang ikut, itu luar biasa bagus," ujarnya.
Maka tak heran jika banyak warga Tionghoa memilih Karawang untuk berpartisipasi dalam perayaan ruwat bumi. "Karawang memang toleransi nya cukup bagus," akunya.
Beranjak memperbincangkan terkait nilai-nilai yang terkandung dalam perayaan Cap Go Meh cukup menarik. Diakui oleh Wawan, salah satunya yakni iringan musik, dan iringan musik tersebut dipercaya dapat mengusir setan. "Musik dung dung setan pada kabur," serunya.
Begitu juga soal kertas fu, Wawan tak menampik jika kepercayaan kertas tersebut dapat memperlancar rezeki. "Ya (membawa rezeki) karena memang kepercayaan masyarakat seperti itu," urainya.
Namun secara umum diharapkan pada Tahun Kuda ini Indonesia dapat terhindar dari bencana, dan untuk pertanian itu dapat subur makmur. Sehingga warga Indonesia dapat sejahtera di Tahun Kuda ini. "Pertanian subur, alam jangan marah, jangan kebanjiran lagi, didoakan agar tidak ada bencana," tutur dia.
Di sisi lain, Bupati Karawang Ade Swara yang turut hadir mengharapakan perayaan Cap Go Meh ini mampu memberikan pencerahan bagi kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan kebersamaan. Oleh karena itu, dia meminta seluruh masyarakat bersama-sama membangun masa depan bangsa, dengan dijiwai semangat dan nilai-nilai kerukunan umat beragama. "Karena tidak ada satu agama-pun yang mengajarkan kekerasan, permusuhan dan kebencian, akan tetapi semua agama mengajarkan umatnya untuk saling pengertian, saling menghormati dan saling mengasihi tanpa membeda-bedakan suku, golongan dan status sosialnya," ungkap Ade. (vid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar