Senin, 24 Februari 2014

Daerah Aliran Sungai Rusak Parah

-Cigeuntis Sering Meluap

PANGKALAN, RAKA - Potensi Karawang yang begitu besarnya, labat laun akan tergerus oleh keserakahan sebagian orang yang mengaku mencintai Karawang. Betapa tidak, pabrik-pabrik yang berdiri dengan megahnya, seperti menyilaukan mata Pemkab Karawang ketika pabrik tersebut membuang limbah seenaknya. Alhasil sungai terbesar di Jawa barat, Citarum, yang mengaliri sebagian besar pesawahan di Karawang tercemar, sayangnya sampai saat ini pabrik yang mencemari sungai tersebut tidak sedikitpun tersentuh oleh pemerintah. Begitu pula Sungai Cigeuntis yang kerap meluap ketika hujan terus mengguyur bagian hulu. Kondisi ini terjadi karena di daerah aliran sungai banyak terjadi penambangan pasir.

Peran ulama mengkampanyekan pelestarian lingkungan hidup dinilai bisa lebih efektif memengaruhi umat. Selain masuk dalam materi dakwah, selayaknya pula para pemuka agama memberi contoh penyelamatan lingkungan dalam kesehariannya. "Selama ini, materi ceramah para ulama sangat kurang membahas kampanye pelestarian serta penyelamatan lingkungan hidup," kata aktivis lingkungan, Lendi, kemarin.
Ia melanjutkan, justru materi tersebut sangat cocok dengan ajaran agama yang mengharamkan perusakan lingkungan. Maka, imbuh Lendi, selayaknyalah para ulama maupun pemuka agama lainnya mendukung kampanye lingkungan hidup. Beberapa materi yang layak dimasukkan dalam ceramah keagamaan, misalnya pentingnya menjaga kelestarian sumber air, kebersihan udara, serta kelestarian tumbuhan dan hewan. "Air bersih dan suci juga disyaratkan dalam ibadah umat Muslim, sehingga bisa saling terkait antara kampanye lingkungan serta dakwah," ujarnya.
Masuknya materi lingkungan ke syiar agama dinilainya belum cukup untuk menggerakkan masyarakat ikut menjaga lingkungan. Keteladanan para ulama dan pemuka agama dalam keseharian juga harus ditonjolkan. Mereka, juga harus membuang sampah pada tempatnya serta menjaga sumber air. "Jika ajaran agama mewajibkan menjaga lingkungan, artinya persoalan lingkungan hidup jadi obyek penting penentu kualitas hidup umat," katanya.
Diketahui, lahan hijau kota yang idealnya tiga puluh persen dari jumlah wilayah Kota, ternyata di Kabupaten Karawang tidak sampai dua puluh persen. Pemerintah lebih fokus terhadap pembangunan infrastruktur yang tidak ramah lingkungan. Buktinya pembangunan jalan tidak diiringi dengan penanaman pohon di sepanjang jalan pembetulan. Akibatnya, polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor tidak terfilter, sudah dipastikan yang akan merasakan efek negatifnya adalah masyarakat yang tinggal di pinggir jalan. Satu lagi penyebab, masyarakat Karawang disakitkan oleh program pemerintah. Masyarakat yang tinggal di wilayah hutan Karawang pun, tidak luput dari bidikan program pemerintah yang berkolaborasi dengan pengusaha. Lihat saja bagaimana masyarakat hutan di telukjambe barat, harus kehilangan lahan pertaniannya karena adanya proyek pembangunan salah seorang pengusaha. Namun karena masyarakat hutan telukjambe satu suara menentang hal itu, maka dengan usaha keras dan dukungan dari semua pihak yang peduli akan kelestarian hutan, proyek tersebut gagal dan rakyat Karawang menang. Ini adalah bukti dimana pemerintah Karawang belum fokus terhadap pembinaan lingkungan, karena pergerakan penentangan proyek tersebut bermula dari rakyat bukan pemerintah. (ark)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar