Jumat, 21 Februari 2014

Negeri yang Berkah

Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Daratannya membuat apapun dapat tumbuh dengan baik, bahkan konon tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman. Lautannya kaya dengan berbagai macam ragam jenis ikan. Dalam perut buminya terkandung minyak yang luar biasa banyak. Sementara iklimnya cukup bersahabat dan tidak ekstrim, seperti Eropa dan Amerika. Kekayaan ini semestinya membuat Indonesia menjadi negeri yang berkah. Negeri yang masyarakatnya sejahtera, aman, nyaman dan tentram.

Dalam pandangan Islam, untuk menjadi negeri yang berkah, syaratnya adalah penduduknya harus beriman dan bertakwa (Al -A�raaf [7]: 96). Dengan iman dan takwa tidak mungkin kekayaan bangsa ini dimonopoli oleh seseorang ataupun sekelompok orang. Dengan keimanan dan ketakwaan tidak mungkin orang berani mengorbankan saudaranya hanya untuk mereguk keuntungan sendiri. Kalaupun ia beriman, bisa jadi imannya sedang tidur. Sayangnya, telah banyak orang di negeri kita ini yang imannya sedang tidur.
Alquran menceritakan tentang umat Nabi Yunus yang seluruhnya beriman sehingga Allah menghilangkan azab dari mereka dan memberi keberkahan yang melimpah. �Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu�(Yunus [10]: 98).
Untuk mencapai masyarakat yang beriman dan bertakwa, haruslah dimulai dari pribadi-pribadi yang beriman dan bertakwa. Dari pribadi-pribadi itu lahirlah keluarga yang bertakwa. Dari keluarga-keluarga yang baik inilah terbentuk masyarakat yang baik pula. Dalam bahasa Alquran, Allah menjelaskan �Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.�(Attahrim [66]: 6).
Dalam Ayat tersebut, Allah menyebutkan �dirimu� pada urutan pertama dalam upaya menjadi baik, kemudian baru keluarga. Ini berarti kebaikan (iman dan takwa) itu harus dimulai oleh diri sendiri. Kemudian kebaikan diri ini akan memancar kepada orang terdekat, yakni anggota keluarga. Setelah keluarga itu baik, maka kebaikan akan memancar kepada keluarga yang lain, dan seterusnya hingga terbentuk masyarakat yang baik. Masyarakat yang baik kemudian memancarkan kebaikan bagi masyarakat yang lain hingga lahirlah bangsa yang baik, beriman dan bertakwa. Bangsa yang baik inilah akan mendapat keberkahan dari langit dan bumi. Dengan demikian, Indonesia menjadi negeri yang berkah. Semoga. (*)

*) H. Edy Yusuf HS, S.Ag, MM
(Kepala Kementerian Agama Kab. Karawang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar