Kamis, 06 Maret 2014

Bupati Bersihkan Sekolah dari Pedagang

*Pedagang Bandel Didenda Rp 5 Juta

SUKATANI, RAKA - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi kembali meluncurkan kebijakan kontroversinya. Setelah melarang enam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang siswanya sering terlibat tawuran menerima murid baru, kali ini ia melarang pedagang berjualan dilingkungan sekolah. Hebatnya lagi, bupati juga mengancam denda Rp 5 juta bagi mereka yang membandel.

Terkait kebijakan tersebut sejumlah pedagang kecil yang merasa sumber mata pencariannya diacak-acak langsung meradang. Mereka beranggapan kebijakan bupati tersebut irasional dan hanya merugikan pedagang kecil. "Bagi kami jelas ini merugikan. Kami biasanya berdagang dilingkungan sekolah tapi karena kebijakan itu (larangan berjuangan dilingkungan sekolah, red) kami jadi tidak bisa lagi berjualan di sekolah," ucap Dadang (34), pedagang cireng yang biasa mangkal di sejumlah sekolah di wilayah Kecamatan Sukatani, Rabu (5/3).
Bahkan diakuinya kebijakan yang gelindingkan bupati itu tidak sekedar merugikan, kebijakan tersebut juga dapat mematikan nasib para pedagang kecil seperti dirinya. Sebab sekolah selama ini telah menjadi tempat mereka mencari duit, tanpa terkecuali lingkungan Sekolah Dasar. Karenanya Dadang pun mengaku sangat menyesalkan adanya kebijakan baru tersebut. "Saya juga kan punya anak dan keluarga. Anak-anak saya juga butuh hidup," keluh Dadang.
Ungkapan senada juga meluncur dari mulut Syamsul yang juga pedagang lingkungan sekolah. Menurutnya, kebijakan tersebut berlebihan. Apalagi tanpa dibarengi solusi. Pedagang dilarang tapi tidak diarahkan harus kemana mereka berjualan. Akibatnya, tak sedikit pedagang yang akhirnya memilih berhenti berjualan. "Ada pedagang yang menjadikan sekolah tempat satu-satunya berjualan. Ketika muncul larangan, ya mereka berhenti berjualan," tandasnya.
Baik Dadang maupun Syamsul sampai sekarang belum mengetahui alasan larangan tersebut. Yang pasti, produk makanan yang dijualnya dipastikan tidak mengandung bahan berbahaya seperti formalin yang banyak diberitakan di televisi. Ia pun berharap kebijakan tersebut dibuat longgar. "Kalau dilarang berjualan di dalam sekolah masih mending, ini berjualan di luar sekolah juga dilarang," keluhnya lagi. (nos)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar