Jumat, 28 Maret 2014

Lereng Sanggabuana Terancam Jadi Perkebunan

PANGKALAN, Sekitar Karawang - Jika kondisi puncak Gunung Sanggabuana terus dibiarkan tanpa ada tindakan dari petugas dan instansi terkait, lama-lama Gunung Sanggabuana akan menjadi perkebunan. Padahal mestinya kawasan gunung itu merupakan hutan dan rimba belantara.

Hal itu diungkapkan anggota komunitas Pemuda Peduli Lingkungan Telukjambe Barat, Suhartono, beberapa waktu lalu. Dia mengomentari tingginya alih fungsi lahan di kawasan Gunung Sanggabuana. Setelah temuan hamparan tanaman kopi dan pohon sengon yang cukup luas, baru-baru ini ditemukan pula areal seperti kebun cengkeh. Selain itu dikawasan puncaknya ternyata sebagian sudah berubah menjadi areal pemukiman dan warung.
Gunung Sanggabuana mestinya berfungsi untuk penetralisir dan filter dari over alih fungsi lahan. Dengan fungsi itu harusnya Gunung Sanggabuana semakin rimbun dengan pepohonan konservasi. Namun yang terjadi justru sebaliknya, gunung tersebut semakin banyak perubahan, terutama pada jalur yang biasa dilalui peziarah. Banyak pohon yang dikuliti hingga lambat laun mengakibatkan banyak pohon yang tumbang dan mati. Kondisi seperti itu dikhawatirkan akan menjadi pemicu terjadinya longsoran.
Selain itu tidak sedikit yang malah memanfaatkan kawasan pegunungan sebagai lahan usaha dengan membuka warung dan tempat tinggal. Dari aktifitas pemukim tersebutlah alih fungsi lahan di puncak gunung tersebutpun semakin tidak terkendalikan mulai dari menanam sengon, kopi, bahkan kini di lokasi terdapat tanaman cengkeh.
Seperti diiformasikan, kawasan gunung sanggabuana persis kebon liar. Ada tanaman kopi, hamparan pohon sengon dan terakhir tanaman cengkeh. Selain itu dipuncaknya juga sudah seperti pemukiman malah ada warung dan saung-saung untuk tempat bersantai pengunjung yang sampai ke puncak gunung tertinggi di Karawang itu. Alhasil, kondisi tersebutpun langsung menuai kecaman, bahkan ada yang mendesak Pemda agar menyikapi serius perihal tersebut.
"Pemda Karawang harus menyikapi serius terkait fenomena di kawasan Gunung Sanggabuana. Selain itu dinas lingkung hidup harus pro aktif memberikan pencerahaan kepada masyaSekitar Karawangt setempat terutama yang menyangkut bahaya bahaya bencana alam," ucap Puji Herlambang, pemerhati lingkungan hidup.
Desakan agar pemerintah kabupaten Karawang menyikapi serius masalah tersebut, ternyata senada dengan komentar Jaka Fadrika. Namun ia lebih menyoroti peran serta semua pihak untuk terlibat dalam pencerahan tersebut. Menurut dia pencerahan ini penting dilakukan untuk memberi pemahaman kepada masyaSekitar Karawangt sekitar pegunungan terhadap ancaman bencana alam yang memungkinkan terjadi akibat kerusakan hutan. "Bukan hanya pemda saja yang bertanggungjawab terhadap kelestarian alam, melainkan semua pihak harus sadar akan pentingnya alam," jelasnya.
Jaka menambahkan, pengaruh stakeholder (pemangku kebijakan) sangatlah besar. Contohnya saja yang terjadi bukan hanya di Sanggabuana melainkan gunung-gunung kecil yang ada di kawasan Gunung Sanggabuana sudah ancur, dikeruk Sumber Daya Alam nya diambil dengan semena-mena tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nantinya. "Pemkab berikut muspida yang lain harus berani untuk mengeluarkan kebijakan dalam RTRW bahwa kawasan Karawang Selatan adalah Kawasan yang harus dijaga, dan jangan dialihfungsikan, dengan alasan apapun," tegas Jaka.
Karenanya, lanjut Jaka, dia meminta untuk segera difungsikan kembali kawasan gunung sanggabuana seperti semula, walaupun memerlukan waktu yang lama untuk bisa kembali seperti semula. "Kalau tidak dimulai dari sekarang mau kapan," tegasnya. (ark)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar