Rabu, 19 Maret 2014

Lestarikan Situs Sejarah Kebonjambe

TEGALWARU, RAKA - Pemerintah Daerah (Pemda) Karawang diminta agar melestarikan situs-situs bersejarah di wilayahnya, termasuk yang berada di Kecamatan Pangkalan dan Tegalwaru. Melalui pelestaria itu, pemda tidak hanya sebatas memberikan perlindungan tetapi juga pengembangan sehigga bermanfaat bagi orang lain.

Hal itu diungkapkan, menyusul keinginan masyarakat untuk meningkatkan status situs bersejarah Kebonjambe di Kecamatan Tegalwaru menjadi kawasan Cagar Budaya. Seperti diketahui, dilokasi tersebut ditemukan menhir atau batu tunggal (monolith). Temuan tersebut diyakini meninggalkan catatan sejarah yang berguna sebagai pencerahan sejarah sekaligus mengetahui budaya leluhur masyarakat setempat. Sayangnya, hingga kini keinginan itu tak kunjung mendapat respon pemerintah daerah.
Dijelaskan, situs-situs yang ditemukan itu merupakan ciri suatu kehidupan yang pernah ada. Melalui pengembangan terhadap temuan tersebut diharapkan nantinya dapat memberikan peranan dalam memperkuat pengamalan Pancasila, memperkuat kepribadian bangsa dan kebanggaan nasional, memperkukuh persatuan bangsa, meningkatkan kualitas hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai arah kehidupan bangsa. Peninggalan sejarah ini bukan hanya menjadi identitas bangsa tetapi juga objek daya tarik wisata (ODTW) yang juga mempunyai multiplayer efect, karena akan membuat wisatawan atau pengunjung datang dan menjadikan peluang usaha.
Karena itu perlu tindakan lanjutan untuk mengupas temuan tersebut. "Untuk menindaklanjuti penelitian di Kebon Jambe maka diharapkan dapat menjadikan atau merubah tempat tersebut (lokasi penelitian situs mehnhir, red) sebagai kawasan strategis pelestarian cagar budaya dan masuk dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).  sesuai dengan Uu no. 11 Tahun 2010, tentang tentang cagar budaya. Sebab dengan Lahirnya UU No.11 tahun 2010 menciptakan tatanan baru dalam usaha pemerintah untuk melestarikan warisan budaya bangsa ini."
Demikian, diungkapkan oleh H Firman SH, pejabat Museum Sejarah dan Purbakala ketika itu. Bahkan seorang arkeolog yang meneliti situs Kebon Jambe, Lutfi, mengatakan rangkaian penelitian yang dilakukan masih memerlukan tahapan yang panjang diantaranya uji lab tanah dan terpenting selanjutnya ekskapasi. "Melalui ekskavasi akan lebih jelas lagi karena merupakan salah satu teknik pengumpulan data melalui kegiatan penelitian tanah yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data arkeologis dalam keadaan insitu (in-site)," jelas dia.
Secara umum, lanjut Lutfi, ekskavasi bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas tentang aspek-aspek bentuk temuan, hubungan antartemuan, hubungan stratigrafis, kronologis, konteks, fungsi, struktur, dan tingkah laku pendukungnya. Akan tetapi selaku arkeolog Lutfi menyadari bahwa rangkaian penelitian tersebut kembali pada kebijakan dan kepedulian pemerintah daerahnya sendiri. (raka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar