Sabtu, 08 Maret 2014

Petani Dapat Bantuan Benih

MAJALAYA, RAKA- Prihatin atas dampak banjir yang melanda sejumlah kabupaten/kota di Jawa Barat, DuPont Agricultural Products Indonesia memberi bantuan benih secara simbolis di Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya.
Tak hanya itu, Dupont juga menyuguhi petani dengan servis tangki gratis, serta demo produk dan penataran tahapan pertumbuhan tanaman padi dengan menghadirkan langsung teknisi Swan, untuk menjelaskan tentang cara merawat tangki agar proses penyemprotan dapat dilakukan secara maksimal. Disela-sela acara ini juga, Dupont menggelar sesi stewardship dan field trip.
Nandang M. Holil, selaku  Business Manager DuPont Crop Protection Indonesia berharap, di tengah bencana banjir yang melanda, para petani dapat terus semangat menjalani musim tanam ini. Ia turut prihatin atas bencana banjir yang berulang kali melanda Karawang, Subang, dan Indramayu. Melalui kegiatan ini, pihaknya ingin membantu petani. "Para petani tetap terus semangat dalam bertanam dan dapat menorehkan hasil tanam yang baik dan produktif," ujarnya.
Sementara itu di tempat terpisah, sejumlah lahan pesawahan di Desa Karangtanjung dan Pasirtanjung, Kecamatan Lemahabang, sudah mulai memasuki masa panen. Sayangnya, meskipun harga gabah tergolong tinggi diatas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yakni mencapai Rp 4.500-4.600 per kilo. Namun, besarnya biaya produksi dianggap masih belum sebanding dengan hasil yang didapatkan, ditambah banyak calo yang merusak harga.
Ketua Kelompok Tani Johar II, Desa Karangtanjung, Duyeh mengatakan, besaran harga gabah saat ini sekitar Rp 4.500 per kilo dengan hasil produksi 6 ton per hektarnya. Sayangnya, harga diatas HPP tersebut seringkali anjlok nilai jualnya saat sampai ketangan petani karena permainan calo yang membeli gabah dengan harga Rp 4.000 per kilo. "Harga sih tinggi, tapi kalau lewat calo ini harga jual sampai ke petani menjadi turun. Kalau gak ada pihak ketiga, kita juga susah jual kan," ujarnya.
Sementara itu, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Karangtanjung, Suhada SP, mengakui harga gabah untuk panen perdana di Kecamatan Lemahabang, harganya cukup stabil dikisaran Rp 4.500 ribu per kilo. Namun jika dihitung-hitung, di musim gadu ini harga besar sekalipun masih belum seimbang dengan biaya produksi. Pasalnya, biaya yang harus dikeluarkan petani untuk modal traktor, penyemprotan, obat pestisida pengendalian hama sampai dengan jasa rontog mencapai Rp 6 juta per hektar. Terlebih, lanjut Suhada, minimnya alat pengering padi membuat besaran harga jual gabah tidak menguntungkan. "Rata-rata 6 ton per hektarnya, semoga saja sebanding dengan biaya produksinya," pungkasnya. (rud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar