TEGALWARU, RAKA - Bagi anda yang ingin melintasi jalan Badami-Loji disarankan memakai masker. Pasalnya, debu di jalan tersebut sangat pekat, terutama saat truk pengangkut hasil tambang melintas.
"Kondisi jalan Badami-Loji seperti sehabis terkena semburan abu dari Gunung Merapi, karena pekatnya debu jalan," tutur tokoh pemuda Kampung Waru, Desa Wargasetra, Kecamatan Tegalwaru, Khoer, baru-baru ini.
Khoer menuding pemerintah sudah membohongi warga Karawang selatan, sebab dengan dibukanya portal di Badami yang sebelumnya ditutup warga, ternyata dimanfaatkan pengusaha tambang untuk kembali mengaktifkan truk bertonase melebihi kapasitas jalan seperti sebelumnya. "Yang boleh memasuki jalan ini usai dibukanya portal adalah kendaraan besar yang akan memperbaiki jalan saja, serta pengangkut bahan industri yang tidak bisa diurai. Tapi ternyata hal tersebut hanya bohong belaka. Sebab sampai saat ini mobil besar pengangkut hasil industri yang bisa diurai dan hasil pertambangan masih tetap menggunakan mobil besar. Apakah ini bukan bukti bohongnya pemerintah terhadap masyarakat," ujarnya.
Kondisi tersebut dinilai Khoer sangat merugikan masyarakat. Bahkan bukan hanya itu saja, polusi yang diakibatkan dari urugan batu kapur hanya memperparah sebaran debu. Diceritakan juga, di sepanjang jalan ini ada juga yang pernah diurug oleh limbah batu bara. "Dimungkinkan polusi udara dapat terjadi jika jumlah atau konsentrasi polutan (zat pencemar) di udara sudah melebihi baku mutu lingkungan. Untuk masing-masing polutan di udara mempunyai nilai baku mutu yang berbeda, dikhawatirkan udara yang telah tercemar oleh polutan tertentu dapat menyebabkan turunnya mutu udara di lingkungan di sepanjang jalan ini. Dan udara yang telah tercemar dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya secara langsung," tuturnya.
Tetapi udara yang tercemar juga dapat berdampak yang cukup luas seperti pemanasan global dan hujan asam. Peristiwa pemanasan global ditimbulkan karena peristiwa rumah kaca. Sedangkan hujan asam adalah meningkatnya konsentrasi asam di udara seperti peningkatan jumlah SO2 (sulfur dioksida) di udara, sebagai hasil dari pembuangan asap kendaraan bermotor dan industri, atau hasil pembakaran bahan bakar fosil yaitu bahan bakar minyak dan batubara. "Saat ini penderita jaringan pernapasan meningkat di jalur jalan ini," ungkapnya.
Ia melanjutkan, pemerintah mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kondisi seperti ini. "Kini jalur Badami-Loji layak disebut 'jalur neraka', karena panas yang terik, armada besar tak pernah berhenti, hingga panas dan debu pekat senantiasa selalu memadati di sepanjang jalur Badami-Loji," ungkapnya. (ark)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar