CILAMAYA KULON, RAKA- Tokoh pemuda Cilamaya Kulon, Muslim Hafidz, mengaku punya kepentingan dan kewajiban untuk urung rembuk dalam menjawab persoalan yang semakin marak terjadi di Karawang. Ia menilai, banyak variabel berkaitan dengan persoalan tawuran seperti kurang pedulinya antara sekolah dengan oknum siswa yang senang tawuran.
Sekolah atau tim pengajar lebih memprioritaskan anak-anak yang pintar secara akademik, namun tidak bagi anak-anak yang suka musik atau aktifitas lain, sehingga secara psikologis masih labilnya prilaku ego nampak. Oleh karena itu, pengajar dirasa penting untuk merangkul dan berdiskusi dengan siswa. Begitupun, lanjut pria yang akrab disapa Kang Ocim ini, sekolah harus menggunakan pendekatan psikologi pelajar tanpa jarak. "Sekolah kadang lebih care pada siswa pintar secara akademik, tapi tidak pada siswa yang pandai berekspresi," katanya, kepada RAKA, Kamis (27/2).
Pemerintah, lanjut Ocim, mempunyai andil dalam banyaknya tawuran, karena sekarang pemerintah sedikit menyediakan sarana anak muda atau ruang publik, seperti taman untuk berkreasi anak-anak muda. Sebagai contoh, keberadaan GOR Panatayuda hanya dijadikan tempat kaki lima yang tak terurus. Maka dalam hal ini, pemerintah harus merekayasa sosial dan jangan pernah alfa terhadap anak muda, karena pelajar adalah tunas generasi masa yang akan datang. Ditambahkannya, dewasa ini Ocim juga mengaku prihatin pada orang tua yang terkadang masa bodoh terhadap pendidikan anak. Pasalnya, orang tua dikiranya hanya cukup menyediakan duit saja, padahal tugas pokok orang tua tidak hanya itu, tetapi juga harus ikuti perkembangan zaman. Faktor-faktor itulah kebijakannya harus memberikan rasa nyaman bagi pelajar. "Pelajar harus diberikan rasa aman dalam berekspresi dan dirangkul sekolah dan orang tua," cetusnya. (rud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar