English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Sabtu, 07 Juni 2014

Dinas Pertanian Gencar Sosialisasi Pola Tanam Organik

PANGKALAN, SK - Pemerintah Karawang melalui Dinas Pertanian semakin gencar memberikan penyuluhan pertanian Organik kepada petani. Hal itu perlu dilakukan sebagai upaya mempercepat terwujudnya ketahanan pangan dengan menjaga tanah pertanian agar tetap subur. 

Seperti dilakukan para petani yang tergabung dalam kelompok Tani Gunungsari, Desa Mulangsari. Mereka mendapatkan pelatihan pertanian organik, mulai dari pemupukan hingga pembasmian hama dengan menggunakan pestisida nabati. �Untuk mewujudkan ketahanan pangan, salah satu cara adalah dengan mengarahkan petani kepada sistem pertanian organik. Meski untuk itu perlu kerja keras," ucap Kepala Unit Pelaksana Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Peternakan (UPTDistanhutbunak),
Agus Rahmat SP.
Agus mengatakan itu, baru-baru ini, usai melakukan kegiatan penyuluhan program Pembagian Kelompok Regu Pengendali Hama Terpadu (RPHT) Kelompok Tani Gunungsari desa Mulangsari. Agus mengatakan, selama ini petani menggunakan pupuk kimia karena gampang dan praktis. Padahal dengan menggunakan pupuk tersebut operasional semakin mahal, kesuburan tanah semakin berkurang, hingga hasilnyapun akan semakin berkurang. "Berbeda dengan menggunakan pupuk organic atau pestisidanya nabati, semakin lama biayanya akan makin murah, kesuburan tanah akan terus meningkat, bukan menurun," jelasnya.
Agus berharap setelah adanya program RPHT ini para petani yang mengikuti bukan hanya melakukannya, tetapi sekaligus dapat memberikan pemahaman pada petani lainnya. Hingga diharapkan pula seiring dengan munculnya kesadaran masyaSKt tentang pentingnya mengkonsumsi makanan, sayuran dan buah-buahan yang bebas dari bahan-bahan kimia. Petaninya sendiri sudah mulai melakukan penanaman dengan pola organik. Hingga harapan dapat hidup lebih sehat lagi, lebih sejahtera lagi, dapat terwujud. Dia juga menjelaskan bahwa program tersebut merupakan program dari Provinsi, hingga dalam setiap pertemuan selalu melibatkan Dinas Pertanian kabupaten.
Secara terpisah Tarsan (52) peserta pelatihan (RPHT) dan juga petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Cigungsari  menyampaikan, pelatihan menanam padi dengan pola tanam organik sebenarnya sudah didapatnya sudah lama dari orang tuanya yang juga petani. Namun karena pada saat itu pupuk kimia seperti menjadi program pemerintah petanipun harus menggunakannya. Dan itu berlangsung sangat lama hingga akhirnya menjadi ketergantungan dikalangan petani.
Padahal, diluar itu petani tidak menyangka menggunakan pupuk dan pestisida kimia akan mengurangi kesuburan. Seperti yang disampaikan oleh pengajar bahwa dirinya sendiri merasa bahwa biaya bertaninya semakin mahal. Maka dengan pelatihan tersebut dia merasa diingatkan kembali bahkan disadarkan bahwa semua yang dibutuhkan ada di sekitarnya, tinggal sejauh mana dalam pemanfaatannya.
Seperti petrogenol untuk menjebak lalat buah dengan harga eceran sampai 75.000 rupiah, terang Tarsan. Ternyata bisa menggunakan serasih (surawung), begitupun dengan yang lainnya. "Banyak hal yang tidak kita tahu yang ternyata bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil tani ternyata ada disekitar kita. Dan itu bisa saya ketahui melalui pelatihan pertanian organik ini," ucap Tarsan. (ark)


Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar