English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Kamis, 23 Januari 2014

Tegalwaru Surga Bagi Antropolog

-Banyak Situs Purba Masih Misteri

TEGALWARU, RAKA - Setelah sebelumnya ditemukan batu megalit mirip tapak kaki manusia purba di Sungai Cipicung oleh kelompok Pamanah Rasa, telapak kaki serupa juga ditemukan di batuan kawasan Gunung Rungking, dan kini peninggalan prasejarah ditemukan di kawasan Kebon Jambe. Melihat banyaknya situs pubakala, Kecamatan Tegalwaru bisa disebut surga bagi para antropolog, arkeolog, sampai pecinta barang-barang purba.

Menganai tapak kaki di kawasan Gunung Rungking,  temuan berukuran kurang lebih satu meter persegi tersebut belum diteliti lebih lanjut oleh arkeolog, dan masih menjadi misteri. Diketahui, mulai dari tapak kaki Bojongmanggu lalu melintasi petilasan Raden Anom Wirasuta, mata air Cikahuripan, tapak kaki di perbatasan Purwakarta dan Desa Kutamaneuh Kecamatan Tegalwaru, dan terakhir ke tempat yang disebut Arca Parigi, Desa Kutamaneuh, merupakan rangkaian jejak purba di Tegalwaru. "Jika dilihat dari tumpukan batunya, merupakan tumpukan batu yang sengaja ditumpuk oleh manusia untuk tempat peribadatan di zaman tersebut, serta kemungkinan di tempat tersebut masih banyak peninggalan pendukung tempat itu," tutur staf Disbudpar, Engkos.
Meski demikian, banyaknya peninggalan zaman prasejarah di Kecamatan Pangkalan dan Kecamatan Tegalwaru, ternyata belum semua peninggalan tersebut yang berhasil ditelusuri oleh para peneliti. Alhasil, banyak menhir atau barang sejenis yang tidak terawat bahkan rusak. Seperti yang dialami bebatuan berbentuk menhir di Kampung Nangerang, Desa Kertasari, Kecamatan Pangkalan. Batuan yang dipercaya masyarakat setempat sebagai benda keramat tersebut, kini tertutupi rumput dan tanaman rambat milik petani. Bahkan jika tidak terlalu awas, maka menhir tersebut dipastikan tidak akan terlihat sama sekali.  "Saya berharap pemerintah atau instansi terkait dapat menginventarisasi peninggalan tersebut, minimal dengan melakukan penelitian agar tempat tersebut dapat diamankan terlebih dahulu. Sebab kalau sudah diteliti, dapat memberikan keterangan yang lebih jelas. Dan kalau memang benar itu sebuah peninggalan, berarti semua itu merupakan peninggalan sejarah dan jadi aset negara yang harus dilindungi," tutur Agus Tani, tokoh masyarakat Kampung Geredeg, Desa Kertasari, yang sudah bertahun-tahun konsen terhadap peninggalan prasejarah di Karawang selatan.
Menurut Profesor Hasan Jafar yang lebih akrab dipanggil Mang Hasan, Arkeolog UI, jika melihat dari hasil temuan selama eskavasi membuktikan Kebon Jambe merupakan tempat yang selalu digunakan dari zaman pra sejarah hingga zaman kerajaan dan peralihan dari Hindu ke Islam. Karena selain ditemukan pondasi yang terstruktur dari batuan, dan dengan ditemukannya serpihan gerabah dan kapak batu atau beliung persegi sudah membuktikan bahwa tempat ini merupakan tempat yang dihuni sejak pra sejarah.
Profesor inipun menjelaskan bahwa gerabah yang ditemukan diperkirakan telah ada sejak masa prasejarah, tepatnya setelah manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam. Seperti situs-situs arkeologi di Indonesia lainnya, telah ditemukan banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius seperti upacara dan penguburan. Tembikar yang paling sederhana dibentuk dengan hanya menggunakan tangan, yang berciri adonan kasar dan bagian pecahannya dipenuhi oleh jejak-jejak tangan (sidik jari), selain itu bentuknya kadang tidak simetris. (ark)

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar