Salah seorang pemohon pembuatan Paspor, Harun Maulana menyebutkan, saat itu dirinya sudah mengngantre cukup lama. Karena curiga, diam-diam diperhatikannya proses pemanggilan pemohon paspor untuk mengikuti sesi pemotretan. "Ternyata mereka hanya dipanggil namanya saja. Ketika saya tanya orang itu nomornya 138, padahal nomor saya lebih kecil. Makanya saat itu kami protes," ujarnya.
Harun mengaku, ia yang datang bersama 4 rekan sekantornya sejak pagi langsung protes dengan cara masuk bersama-sama. Karuan saja ruangan sedikit gaduh. Petugas yang ada di sana tidak mampu berbuat banyak selain meminta maaf. Yang disesalkannya, sebaik apapun teknologi penomoran antrean kalau kenyataannya diabaikan, tetap saja menyiksa masyaSekitar Karawangt yang membutuhkan pelayanan. "Percuma saja dibuat nomor antrean kalau masih seperti ini," sesalnya.
Pemohon paspor lainnya Sari Cahyono menduga, perlakuan petugas di sana terhadap warga yang membutuhkan pelayanan tak hanya dilakukan saat itu saja, namun setiap hari. "Kata petugasnya itu isi antrean kosong, tapi bagaimana mungkin ada antrean kosong. Wong daftar antreannya saja pakai barcode. Praktik seperti ini bisa saja terjadi setiap hari. Saya nunggu berjam-jam tak dipanggil-panggil, ternyata memang ada yang menyorobot langsung masuk ke dalam, padahal nomor antreannya setelah saya," ujarnya.
Cahyono berharap, Kantor Imigrasi memperbaiki kinerjanya. Jangan sampai masyaSekitar Karawangt dirugikan oleh oknum-oknum yang ada di dalamnya. "Saya berharap kejadian seperti ini tak terulang lagi agar tidak ada masyaSekitar Karawangt yang dirugikan. Kasihan kan orang yang tertib dengan nomor antrean tapi mereka harus menunggu lama?" pungkasnya. (asy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar