Hal itu diungkapkan Deden, tokoh pemuda setempat kepada RAKA saat memantau aktivitas anak-anak pengingat bahaya itu, tak jauh dari jalan amblas. �Saya menerima kabar dari anak-anak yang menjadi relawan menjaga jalan yang amblas tersebut. Mereka dimarahi sopir tronton yang akan melintasi jalan amblas itu," ucapnya.
Padahal terang Deden, niat relawan anak-anak itu baik yakni mengingatkan bahaya di depan yang mengincar para sopir dan meminta mereka agar berhati-hati. "Kalaupun dalam melakukan kegiatannya para relawan itu sambil ngencleng, namun itupun sama sekali tidak ada paksaan. Artinya sopir yang melintas itu bisa memberi atau tidak sekalipun, tidak dijadikan masalah," ucapnya.
Lagi pula tambah Deden, hasil dari ngencleng itu juga akan digunakan anak-anak itu untuk mencari material yang akan digunakan menambal jalan rusak. Terlepas dari itu, lanjut Deden, mestinya sopir-sopir tronton itu juga menyadari bahwa yang merusak jalan tersebut mereka. "Kami hanya berharap agar para sopir tronton tidak bersikap seperti itu. Para relawan anak itu juga kan cuma mencoba mengingatkan," ujarnya.
Deden juga menyampaikan, kendati kerusakan jalan sudah demikian parah, namun tetap tidak mengurangi aktivitas truk-truk tronton. Kendaraan-kendaraan berat itu tetap melintas siang malam 24 jam penuh. Menurut Deden, keadaan itu hanya akan membuat kondisi jalan semakin parah. "Saya berharap kerusakan jalan ini segera mendapat perhatian. Sebab, jika terus dibiarkan rusak bisa-bisa kerusakan akan melebar," jelasnya.
Sementara itu, M.Jois, pengamat masalah lingkungan setempat sependapat dengan Deden. Dia meminta pihak-pihak terkait agar memperbaiki kerusakan jalan Jembatan Gonggo. Sebab, kondisi tersebut sangat membahayakan pengendara jalan. Selain adanya penegakan aturan terutama masalah muatan kendaraan yang tidak sesuai dengan beban jalan. "Semakin jelas bahwa kerusakan jalan di titik ruas desa Cintaasih-desa Cintalaksana diakibatkan adanya pembiaran pelanggaran," ucapnya. (ark)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar