English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Selasa, 04 Maret 2014

Perhutani Tidak Bisa Diandalkan

-Puncak Gunung Sanggabuana Rusak Parah

TEGALWARU, RAKA - Kerusakan yang terjadi di puncak Gunung Sanggabuana perlu disikapi serius oleh Perum Perhutani. Pasalnya, selain terjadi alih fungsi hutan, di puncak gunung tersebut berdiri rumah warga yang menyediakan makanan bagi para peziarah.

Menurut pantauan RAKA di lapangan, kerusakan terparah terjadi di wilayah administratif Cianjur dan Bogor. Di sana banyak ditemukan pembukaan lahan dan penanaman coklat, bahkan rumah semi permanen lengkap dengan televisi dibangun di puncak Sanggabuana. "Kerusakan di puncak Sanggabuana sudah bertahun-tahun dibiarkan. Mana mungkin Perhutani tidak tahu," ujar Rahmat, aktivis lingkungan, Senin (3/3) kemarin.
Ia berharap, Perum Perhutani menindak tegas pelaku kerusakan di kawasan puncak gunung berketinggian 1.291 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut. "Mereka dengan jelas merusak kawasan gunung. Kalau tidak berani menindak, lalu apa yang bisa diandalkan dari Perhutani," tandasnya.
Pupuhu LSM Lodaya, Nace Permana, mengatakan, dibanding daerah lain, wilayah hutan yang masuk pada Kabupaten Karawang relatif terjaga, karena hingga saat ini belum pernah ditemukan tebangan. "Jangankan untuk hutan yang masuk wilayah yang dikelola oleh Perum Perhutani, hutan yang masuk pada tanah milik masyarakat (Karawang) saja masih terlihat lebih baik," ujarnya.
Meski demikian, menurut Nace, perlu ada koordinasi Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani dan kesadaran masyarakat menjaga hutan. "Tapi sebelum masyarakat menjaga hutan, tentunya pemerintah terlebih para petugas dan aparat kabupaten harus membina masyarakat, agar lebih peduli pada hutan Sanggabuana," tuturnya.
Menyelamatkan Gunung Sanggabuana dari kerusakan lebih parah, Nace mendorong agar kawasan hutan tersebut dijadikan kawasan hutan pendidikan. Terlebih dilihat dari sejarahnya, berbagai organisasi kepemudaan, pelajar, dan  mahasiswa sering melakukan kegiatan di Sanggabuana. "Kalau dijadikan hutan pendidikan secara otomatis akan bernilai lindung dan konservasi," ujarnya.
Ia melanjutkan, jika hutan terjaga dengan baik, maka bisa dimanfaatkan untuk berkemah, hiking, berburu, atau sekadar menikmati suasana keheningan disertai keindahan alam. "Hutan juga membantu menahan air hujan, sehingga mencegah tanah longsor dan banjir," tandasnya.
Hingga berita ini diturunkan, Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Perum Perhutani Purwakarta belum berhasil dikonfirmasi. (ark/psn)

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar