English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Kamis, 13 Maret 2014

Sudah Tiga Tahun Nebeng, Sekolah tak Kunjung Rampung

Gedung SMKN 1 Tirtajaya Ditinggal Pemborong

TIRTAJAYA, RAKA - Proses kegiatan belajar mengajar di SMKN 1 Tritajaya, hingga kini masih menumpang di SDN Pisangsambo 1 dan SMPN 1 Tirtajaya. Pembangunan gedung sekolah terbengkalai akibat ditinggal pemborong.
Pantauan Radar Karawang, sembilan ruang gedung SMKN 1 Tirtajaya yang belum rampung itu jauh dari selesai. Jangankan jendela, lantai gedung pun belum diurug. Perintis SMKN 1 Tirtajaya, Cartono mengatakan, target pembangunan gedung sekolah negeri kejuruan pertama di Kecamatan Tirtajaya ini selesai Februari kemarin. �Akibat dari belum selesainya bangunan gedung SMKN 1 Tirtajaya, siswa yang sudah ada 18 kelas ini terancam akan kembali numpang,� katanya siang kemarin.
Dia juga memperkirakan, untuk penerimaan tahun ajaran baru 2014-2015, sekitar delapan kelas terancam menambah beban baru. �Jika memang gedung yang ada belum juga diselesaikan, kemungkinan besar siswa SMKN 1 Tirtajaya menambah tempat tumpangan selain di SMPN 1 Tirtajaya dan SDN Pisangsambo 1,� ucap Kepala SMPN 1 Tirtajaya itu.
Cartono menambahkan, selain ada hambatan penyelesaian gedung SMKN 1 Tirtajaya, keterlambatan pengurugan yang dilakukan pemborong berbeda menjadi alasan lain. �Bisa jadi, belum selesainya pembangunan gedung SMKN 1 Tirtajaya akibat pemborong pengurugan tanah belum juga melakukan kerjaannya. Ini dijadikan alasan pemborong CV Nusa Raya yang membangun gedung SMKN 1 Tirtajaya belum juga menyelesaikan finishing bangunan seprti jendela, pintu dan keramik,� imbuh Cartono.
Ditemui secara terpisah, Kepala SMKN 1 Tirtajaya H Dedi Jubaedi mengatakan kalau keterlambatan penyelesaian ruang kelas SMKN 1 Tirtajaya akibat pemborong yang meninggalkan pekerjaannya. Kejadian ini sendiri sudah dilaporkan pada Dinas Pendidikan Karawang sebagai pemegang kuasa anggaran, serta kepada pihak Dinas Cipta Karya sebagai penguasa bangunan. �Kita sudah berkali- kali laporkan bersama komite. Bahkan pihak komite yang diketuai Pak Muktar sangat aktif mendorong penyelesaian gedung,� jelasnya lewat sambungan telepon.
Tambah Dedi, pihaknya juga bingung dengan kondisi seperti ini. Karena menjadi bebannya karena para orangtua siswa dan guru mendesak agar bisa secepatnya pindah ke gedung sendiri. �Saat ini sekitar 18 kelas mulai dari kelas satu hingga kelas tiga siswa masih numpang di dua tempat. Ini juga akan jadi ancaman harus mencari tempat baru jika gedung yang diharapakan selesai Februari kemarin belum juga ada kejelasannya,� keluhnya. (dri)

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar