English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Jumat, 07 Februari 2014

Petani Pangkalan: Pupuk Organik Lebih Hemat

PANGKALAN RAKA- Salah seorang petani Kampung Kidangranggah, Desa Cintasaih Mina (45), sudah sekitar tiga tahun menanam padi dengan cara organik. Menurutnya, bertani dengan cara pemupukan organik, bukan hanya melakukan program dari pemerintah, akan tetapi jika dirasakan dan dikaji dalam lagi ternyata hal ini merupakan kebutuhan.
"Sebab, secara logika yang namanya lahan terlebih lahan pertanian, semakin lama semakin berkurang, dan ini merupakan dari dampak keinginan manusia yang tanpa batas, hingga konversi lahan menjadi industri dan pemukiman. Ini mengancam ketahanan pangan. Salah satu solusi untuk mengatasinya yaitu meningkatkan hasil produksi," katanya.
Sementara, lanjut dia, pertanian yang berkembang saat ini masih didominasi oleh cara pertanian konvesional yaitu dengan menggunakan pupuk kimia dan begitupun dengan cara pemberantasan atau mengatasi hama dan penyakitnya. Jika petani masih tetap dengan cara bertani seperti ini, selain dari hasil panen yang semakin menurun sebab rata-rata dari tanah pertanian di Indonesia ini sudah mengalami kejenuhan dari pupuk kimia yang sudah di gunakan lebih dari 30 tahunan, sehingga hasilnya tidak lagi maksimal. "Selain permasalahan tersebut, harga pupuk dan cara mengantisipasi hama dan penyakit yang menggunakan kimia ini semakin mahal dan kebutuhannya semakin meningkat," ucapnya.
Hingga dalam kesempatan ini, petani yang sudah mempraktekan cara tanam padi dengan organik, mengajak pada petani lainnya untuk menanam padi dengan cara organik pula. Sebab yang ia rasakan, biaya untuk operasional dan kebutuhan pupuk dan lainnya semakin berkurang, sementara hasilnya semakin meningkat. Tak hanya itu, Mina meyakini beras yang di makannya lebih sehat di banding dengan menggunakan pupuk kimia. Namun dia berharap, bukan hanya pada petani saja akan tetapi pada pemerintahan agar melakukan pendampingan terhadap petani. "Sebab yang lebih penting lagi dari program ini adalah pola pikir petani, dan bukan hanya di buat mengikuti program saja akan tatapi mandiri dari segala hal," terangnya.
Petani lainnya, Tajudin (63), jika petani sudah mau melakukan pola tanam padi dan tanaman lainnya dengan cara organik serta untuk memenuhi pupuk dan bahan untuk mengantisipasi hama penyakit dengan cara membuat sendiri, jelas akan mengurangi biaya produksi. "Saya berharap, pemerintah tidak hanya menggulirkan program organik saja, tapi juga melakukan pembinaan terhadap petani perlu juga dilakukan. Sebab, pengalaman saya, dari ratusan petani yang didik selama satu minggu saja yang mau melakukan praktek hanya sedikit saja, terkadang masih 100 orang berbanding 1," ungkapnya.
Diteruskannya, kebutuhan akan pupuk organik ada dilingkungan sekitar, seperti kotoran ternak, jerami, juga sisa makanan. "Selama ini, makanan sisa hanya di buang begitu saja, melihat keong hanya jadi hama padahal bahan pupuk yang sangat bagus, serta pemanfaatan sampah organik menjadi efektif dan yang selama ini masih menjadi masalah, dan banyak pengetahuan lainnya hingga jika saja bimbimngan secara benar akan melepaskan petani dari harga pupuk dan kebutuhan lainnya yang semakin mahal," pungkasnya. (ark)

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar