PANGKALAN, RAKA - Banjir yang terus menerus melanda sebagian besar lahan pertanian di Kecamatan Pangkalan, membuat para petani putus asa. Bayangkan saja, belum genap satu semester, lahan mereka ada yang terendam hingga lima kali.
"Kalau hanya banjir, semua petani sebenarnya sudah tidak kaget. Karena biasanya paling cepat hanya satu tahun satu kali (banjir). Bahkan sebelumnya hanya terjadi lima tahun sekali. Namun perubahan kini sangat drastis, sebab kini petani ada yang mengalami kebagian banjir hingga sampai lima kali," ungkap Kepala UPTD Petanian, Kehutanan, Perkebunan, dan Peternakan Kecamatan Pangkalan, Agus Rahmat SP, kemarin.
Melihat kondisi saat musim hujan ini sebanyk 233 hektare (ha) lahan pertanian terendam banjir meski kondisinya pasang surut, para petani dihimbau agar tidak menanam padi selama masa tanam pertama. Karena Agus khawatir jika memaksakan menanam padi hanya akan membuang biaya saja. Menurut hasil analisanya, keadaan memprihatinkan ini terjadi bukan hanya disebabkan tingginya intensitas hujan, karena dilihat dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, meski curah hujan sangat tinggi tidak menyebabkan banjir terus menerus. "Masa lalu keadaan hutannya masih terjaga dengan baik dan pemerintahnya pun sangat tegas menindak perusak hutan. Itulah sebabnya kenapa sekarang banjir terjadi sangat parah," katanya.
Dijelaskannya, salah satu faktor penyebab kerusakan lingkungan adalah over alih fungsi lahan, seperti berdirinya bangunan sampai galian. "Padahal jika dihitung, sudah jelas lebih banyak madharatnya dibanding manfaatkanya. Maka jika saja over alih fungsi lahan terus dibiarkan tanpa ada upaya penghentian, terlebih jika lahan tersebut dijadikan lahan galian baik yang ada di sepanjang sungai atau bukit hingga pegunungan, pada hakikatnya hanya akan membuat kuburan massal," ungkapnya.
"Tak hanya itu, kini sepertinya prosesnya (alih fungsi lahan) lebih gampang, dan kenyataan di lapangan seperti sudah tidak lagi melihat sesuai dengan peruntukannya dalam hal ini rencana tata ruang dan wilayah (RTRW). Banyak yang hanya asal saja diatas milik sendiri bisa dilakukan," lanjut Agus.
Menurutnya sesuai dengan amanat lagu Indonesia Raya �bangulah jiwanya bangunlah badanya�, yang berarti sebelum membangun secara fisik terlebih dahulu harus dibangun pola pikirnya agar dalam perjalanannya tidak hanya menghalalkan segala cara, tapi lebih berwawasan kebangsaan. Hingga jika dengan demikian merasa diyakini tanah air ini tidak rusak dan terus didera bencana. (ark)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar