Direktur Pengelolaan Air PJT II Jatiluhur, Harry M Sungguh, mengatakan dari kurun waktu dua bulan kebelakang, kenaikan TMA belum terlalu signifikan. Selama musim hujan yang mengguyur Purwakarta, TMA berangsur naik sampai 104 Mdpl. "Beberapa hari kemarin, sempat berada di titik 104 mdpl. Tapi, saat ini justru turun menjadi 103 mdpl. Kita akan terus genjot penurunan ini hingga elevasi air berada di titik 100.00 mdpl. Supaya, saat puncak musim hujan nanti, air tak melebihi ambang batas normal," ungkap Harry, Kamis (6/2) siang.
Harry mengaku, untuk saat ini pihaknya terus berupaya mengurangi TMA di waduk tersebut. Sebagai persiapan untuk memasuki puncak musim penghujan yang diperkirakan akan berlangsung pada bulan maret mendatang. Sehingga, kondisi waduk pada waktunya mampu menampung tanpa melebihi ambang batas normal.
"Jika TMA mencapai puncaknya yakni ketinggian 107 meter, maka waduk tersebut telah menampung air 3,5 miliar meter kubik. Jika ketinggian air melebihi batas maksimum TMA, maka air akan limpas ke morning glory (sumur limpasan)," jelasnya.
Salah satu upaya yang sedang dilakukan lanjut Dia, yakni dengan menyeimbangkan antara aliran air yang masuk dengan air yang keluar waduk. Namun, hal tersebut juga mesti memperhatikan kondisi di hilir. Untuk saat ini, air yang digelontorkan ke hilir kurang dari 150 meter kubik per detik. �Jika TMA bisa dikisaran 100 meter, berarti ada kekosongan ruang dengan ketinggian mencapai tujuh meter. Nah sisa kekosongan ini, bisa menampung miliaran meter kubik air saat puncak musim hujan nanti,� jelas dia.
Pihaknya menambahkan, adanya kabar banjir di sebagian wilayah yang teraliri air Jatiluhur, bukan disebabkan karena dibukanya pintu air waduk tersebut. Karena kondisi waduk sampai saat ini masih relatif aman. "Air yang digelontorkan ke hilir masih relatif kecil," pungkasnya. (awk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar