Sebelum itu, rumah-rumah warga tersebut sempat pula digenangi air saat hujan terjadi Minggu (2/2) malam. Namun sempat surut pada pagi harinya. "Kami benar-benar lelah pak. Belum juga hilang capek habis bersih-bersih rumah, eh terkena banjir lagi. Sampai hari ini (kemarin), berarti sudah 6 kali mengungsi. Walaupun yang terakhir ini hanya ngungsi dekat di rumah tetangga," ujar Jaha, salah seorang warga yang rumahnya paling sering tergenang banjir di Desa Karangligar, Telukjambe Barat.
Kondisi yang tak kalah memprihatinkan terjadi di pesisir Cilamaya. Tujuh desa di Kecamatan Cilamaya Wetan yang sebelumnya terendam dan sempat beberapa hari surut kini mulai kebanjiran lagi. Bahkan hingga sore kemarin air terus meninggi. "Bahkan beredar kabar katanya Bendungan Barugbug mau dibuka lagi nanti (tadi) malam jam 9. Di perumahan diumumkan, saya dapat BBM dari teman," ujar Faridha, saat dihubungi tadi malam.
Ditambahkannya, bahkan genangan air kali ini tak kalah dari banjir pertama. "Di Rawagempol Kulon air sudah tinggi lagi. Di Kecepet juga sama, motor yang lewat sudah banyak yang mogok," imbuhnya. Kondisi serupa juga terjadi di Batujaya. Bahkan di sini kantor camat terendam.
Sementara itu, Dinas Sosial Karawang merasa kebingungan karena stok beras untuk membantu para korban bencana alam, terutama banjir, hanya tinggal tersisa 22,5 ton. Sedangkan permohonan dari nelayan saja yang sudah dua minggu terakhir tidak melaut akibat air laut sedang pasang dengan gelombang tinggi, sedang membutuhkan bantuan beras sampai 57 ton.
"Selama ini kami punya pasokan beras buat bencana alam dari cadangan beras nasional 100 ton, dan dari bantuan ketahanan pangan Pemprov Jawa Barat 25 ton. Sedangkan 102,5 ton telah tersalurkan kepada para korban bencana. Kami coba meminta bantuan lagi ke pemprov, katanya di sana masih ada 200 ton untuk semua kabupaten/kota di provinsi ini. Tapi hingga kini belum terealisir. Termasuk kami juga minta lagi ke Badan Ketahanan Pangan Provinsi, ini pun sama-sama belum ada jawaban," ungkap Kepala Dinsos, Rokhuyun A Santosa, di kantor dinasnya, Selasa (4/2).
Sedangkan mengenai uang bantuan Presiden SBY yang Rp 1 miliar untuk Kabupaten Karawang, Rokhuyun katakan, baru cair sebesar Rp 500 juta melalui Satkorlak, sekitar satu minggu lalu. Sudah digunakan untuk membeli logistik seperti mie instan, kecap, air mineral, dan sejumlah kebutuhan bahan pokok lain yang diminta warga korban banjir dengan menghabiskan uang Rp 266 jutaan. Begitu pula pembelian karung buat memperkuat tanggul agar luapan air Citarum tidak meluap ke wilayah utara Karawang, Rokhuyun bilang, keluar uang sekitar Rp 44 jutaan.
"Pencairan tahap kedua nanti, kami berencana mau menyalurkannya pada saat paska banjir. Itupun bila pasokan logistik sudah mencukupi, dan mendapat persetujuan presiden. Kaitan ini, kami berencana meminta petunjuk dari beliau (presiden). Karena data awal yang masuk ke Dinsos, ratusan rumah rusak berat akibat diterjang banjir, terkena puting beliung, maupun terbawa longsor. Belum lagi yang rusak sedang maupun ringan. Rencana kami, mereka diberikan bantuan antara Rp 2,5 juta, Rp 1,5 juta, dan Rp 750 ribu. Besar kecilnya bantuan tergantung kerusakan. Hanya soal nilainya masih memungkinkan berubah. Nanti kami hitung ulang berdasar hasil verifikasi di lapangan, disesuaikan pada kemampuan keuangan yang ada," jelas Rokhuyun. (vins)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar