English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Kamis, 06 Februari 2014

PJT II: Banjir Bukan Karena Waduk Jatiluhur

KARAWANG, RAKA - Naik surutnya debit air Citarum di tengah curah hujan yang masih tinggi sejak Januari lalu, dinyatakan Direktur Pengelolaan Perum Jasa Tirta II (PJT), Harry M. Sungguh, masih terbilang aman. Padahal, akibat luapan sungai besar yang melintasi Karawang ini tak urung banyak pemukiman penduduk di sekitarnya, termasuk yang jauh dari sungai sekalipun turut tergenang banjir.

"Posisi TMA (tinggi muka air) di Waduk Ir. H. Djuanda (Jatiluhur) sampai hari ini (kemarin) di posisi 103,93 meter dengan jumlah volume air 1.077,36 juta meter kubik. Kondisi demikian masih berada di bawah batas normal. Di mana posisi normalnya 107 meter dengan volume daya tampung 1.325,40 juta meter kubik. Hingga kini TMA waduk Djuanda ini tetap dapat dikendalikan," jelas Harry saat menyosialisasikan peran waduk dalam pengendalian banjir di aula gedung Singaperbangsa Pemkab Karawang, Rabu (5/2).
Adapun penyebab banjir yang sempat menggenangi pemukiman warga hingga terjadi di 28 kecamatan. Bahkan dari hari Senin (3/2) sampai kemarin banjir kembali melanda Karangligar di wilayah Kecamatan Telukjambe Barat, termasuk Cilamaya hingga Jatisari, bahkan Kabupaten Subang, Harry menyebut penyebabnya dari luapan Sungai Cibeet dan Sungai Cipunagara. Kedua sungai ini, menurutnya merupakan sungai lokal di hilir Jatiluhur yang aliran sungainya secara skema sistem SDA Sungai Citarum tidak melalui Waduk Djuanda. "Peningkatan debit air yang terjadi di kedua sungai tersebut tidak melalui suatu sistem penyimpanan air atau storage system pada waduk-waduk penampung air. Saat ini kami di PJT II telah melaksanakan mekanisme penanggulangan banjir yang melibatkan berbagai instansi terkait," kelit Harry di hadapan peserta sosialisasi yang turut pula dihadiri perwakilan dari Subang, Purwakarta, Indramayu, dan Bekasi.
Dalam kesempatan sama, Bupati Ade Swara mengemukakan, bahwa bencana banjir yang melanda 28 kecamatan di wilayah Kabupaten Karawang akibat rusaknya lingkungan oleh tangan-tangan manusia sendiri, terutama di hulu dan daerah aliran Sungai Citarum. Cibeet, maupun Sungai Cilamaya. Antisipasi bencana alam ini, disadarinya hal mutlak yang harus dilakukan secara bersama-sama. "Meluapnya semua sungai besar yang melintasi Karawang tidak saja membanjiri permukiman masyarakat di sekitar bantaran sungai, namun meluas ke pemukiman yang jauh dari sungai. Jika tidak segera dicarikan solusi, maka cakupan area yang terkena banjir akan makin meluas," ujarnya. (vins)



Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar