Sebelum pindah ke wilayah hutan di Tambakan, Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Entis berpesan agar menjaga hutan sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya, terutama kawasan pegunungan Sanggabuana. "Dilihat dari ketinggian wilayah tersebut masih masuk dalam hutan produksi, namun wilayah itu mempunyai pengecualian diantaranya mempunyai kemiringan lebih dari 45 drajat, mempunyai ratusan titik mata air, dan masyarakatnya sendiri menginginkan adanya konservasi di wilayah hutan Sanggabuana. Hingga wilayah Sanggabuana tersebut dinyatakan wilayah hutan Tidak Baik untuk Produksi (TDP) artinya tidak ada tebangan, dan harus menjadi kawasan konservasi selamanya," tuturnya kepada pegawai Perhutani dan masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
Ia melanjutkan, dalam kurun waktu 52 bulan banyak kesan yang didapatnya. Selaku orang yang pernah memimpin di wilayah kerja Pangkalan, dirinya memastikan akan kembali berkunjung, baik secara pribadi maupun kelembagaan terlebih jika ada waktu senggang. " Perpisahan ini hanya berpisah wilayah kerja saja, karena pada prinsipnya sama-sama bertugas menerima amanah dari negara. Bukan berarti hubungan emosional yang sudah terjalin baik berakhir hanya karena pindah tugas," tuturnya.
Ending Ruhiat (37) kepala tata usaha Asper Pangkalan, mengaku selama bermitra dengan Entis merasa ikatan kekeluargaan sangat kuat. �Terus terang selama bekerja dengan Pak Entis lebih merasa sebagai mitra bukan atasan dan bawahan. Dan yang dirasakan bukan menerima perintah dari atasan, namun hanya merupakan pembagian tugas. Selama kurun waktu bersama lebih merasakan bukan hanya ikatan emosional dalam pembagian pekerjaan saja, namun lebih pada ikatan emosional kekeluargaan," ujarnya.
"Saya berharap pengganti Asper lebih baik lagi, minimal persis dengan Asper yang sekarang berpisah. Selain tetap dapat dijadikan mitra kerja, mitra kekeluargaan, dan sekaligus menjadi orang tua terutama dalam membimbing kerja hingga menjadi profesional. (ark)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar