English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Kamis, 27 Februari 2014

Petani Cilamaya Semakin Menderita

CILAMAYA WETAN, RAKA- Masyarakat Cilamaya mungkin saja sudah semakin pasrah lantaran banjir terus melanda desanya. Tak tanggung-tanggung, upaya yang dilakukan pemkab untuk normalisasi kali sampai dengan bantuan sosial lainnya masih tak mampu meredam penderitaan masyarakat baik petani maupun nelayan, karena areal pesawahan merupakan bagian terparah yang setiap hari terendam banjir.
Ketua Ikatan Kepala Desa (IKD) Cilamaya Wetan H Udin Abdul Gani, mengaku pasrah lantaran entah sampai kapan cobaan banjir ini diberikan Tuhan bagi masyarakat Cilamaya. Pasalnya, banjir tak hanya menimpa pemukiman warga, karena air juga terus menggenang di areal pesawahan di Desa Muarabaru dan Muaralama tak ubahnya seperti lautan baru yang tembus ke Muara sungai laut Jawa. Tanggul-tanggul yang jebol, semula dengan adanya beko akan membawa kebaikan dan menormalkan air, justru sekarang  malah memperparah kerusakan sampai 10 meter dan memicu banjir lebih parah lagi karena banyak air yang masuk ke hamparan tanah sawah dan empang.
Disisi lain, petani terus dihantui ancaman gagal tanam saat hujan tiba, sementara dari pemkab tak kunjung terdengar bantuan-bantuan lainnya pasca banjir yang pertama, termasuk bantuan bibit benih padi yang sampai saat ini konon masih dalam proses dan akan didistribusikan pada musim tanam gadu. "Ya Allah, mohon sudahilah cobaan ini," katanya sambil menghela nafas melihat ribuan hektar sawah kembali terendam.
Sementara itu, pengasuh Pondok Pesantren Al Burdah KH Aning Amrullah mengatakan, solusi tawakal lahir dan batin serta mensiasatinya harus dipegang teguh masyarakat korban bencana. Semua kaum muslimin harus memikirkan hak air yang tidak boleh dirusak. Nabi juga sering ditimpa musibah sama halnya seperti saat ini dan kala itu pula manusia harus ingat kealpaan dari ketidaan rasa bersyukur. Ia berharap, selain solusi lahiriyah sama-sama diperhatikan pemerintah, namun juga harus ada upaya menggiring masyarakat kepada ampunan Tuhan. "Air memiliki haknya untuk tidak dirusak, masyarakat harus menjadikan musibah untuk kembali mengingat kekhilafan dan bukan mengeluhkan apa yang sudah menimpanya dari Allah SWT," katanya. (rud)

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar