English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Sabtu, 15 Februari 2014

Kejenuhan Seorang Penjaga Tugu Proklamasi

SOSOK Idris sang penunggu monumen Tugu Kebulatan Tekad Rengasdengklok, tak lepas dari wasiat sang ayah. Meski demikian, kejenuhan saat melakukan tugasnya sebagai juru kunci monumen tersebut kerap hinggap dalam benaknya.
Seperi inilah sehari-harinya Idris, Lelaki  kelahiran 1973 ini tak henti-hentinya merawat Tugu kebanggan rakyat Indonesia ini dengan penuh cita dan cinta.
Dibantu istrinya yang bernama Siti Aliyah, Idris melakukan perawatan monumen bersejarah ini secara berkala. Dari menyapu, hingga memandu wisatawan lokal maupun mancanegara, yang berkunjung ke tempat ini. Sebelum meninggal, ayahanda Idris bernama  Mat Loji, memberikan wasiat kepadanya untuk selalu menjaga monumen. Sepeninggalan ayahnya, sejak itu pula Idris bertekad untuk menjaga monumen tersebut hingga akhir hayatnya.
Namun Idris juga manusia, terkadang rasa jenuh pun menerpa tatkala dirundung masalah ekonomi untuk keluarganya. Meski demikian, bapak 3 orang anak ini terus melakukan pekerjaannya sebagai juru kunci monumen demi wasiat yang dikukuhkan ayahnya.
Menurut Idris, menjaga monumen  penuh suka dan dukanya. Namun, ia tetap tegar dengan membawa prinsif yang ditanamkan ayahandanya itu. Dalam sebulan, Idris hanya menerima upah dari pemerintah sebesar Rp 600 ribu. Angka itu masih  jauh lebh besar dibanding dengan para pekerja lainnya.
Terkadang, ia dan istrinya ingin meminta lebih lantaran ia harus menghidupi ketiga anaknya yang kini beranjak dewasa.
Idris mengakui, setiap kali ada wisatawan berkunjung ke monumen terkadang mereka menyisihkan ongkos untuk biaya perawatan. Dengan rasa canggung, ia pun merasa malu untuk menerima pemberian dari para wisatawan itu. Apalah daya, biaya perawatan untuk monumen tersebut sangatlah terbatas. Lantas, ia tak menampik untuk menerima semua itu.
Rasanya, jika bangunan bersejarah terus dibiarkan tanpa adanya perhatian oleh bangsa kita sendiri, tentu semua itu akan sirna. Terus berjuang, tanpa pamrih demi hidup tak perlu harus mati. (dri)

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar