Aksi itu digelar usai pelaksanaan upacara bendera, Senin (3/2). Mereka langsung membentangkan sepanduk bertuliskan protes dan permintaan agar pungutan dihilangkan. Karena selain ada dana Bos, pungutan juga membebani orang tua siswa yang harus mengeluarkan uang untuk anaknya agar tetap sekolah di SMP tersebut.
Terlebih, meskipun sudah ada pungutan terhadap para siswa di sekolah negeri tersebut, juga ada anggaran BOs. Namun, beberapa fasilitas sekolah tak kunjung diperbaiki. Sehingga, ruang kelas dibiarkan rusak dan mengganggu kenyamanan kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa. "Kitamah mau nggak ada pungutan aja, kan udah ada uang BOS," kata seorang siswa putri yang tidak mau namanya disebtukan.
Pungutan yang dilakukan kepala sekolah lanjut Dia, dengan dalih untuk memperbaiki fasilitas sekolah. Agar sekolah tempatnya belajar bisa dirasakan nyaman. Namun, hal tersebut tidak dilakukan oleh pihak sekolah walaupun sudah melakukan pungutan. "Kalau kita harus bayar iuran, katanya buat perbaikan sekolah. Tapi tetap saja rusak," ujarnya.
Sampai aksi unjuk rasa usai, Kepala Sekolah SMP Negri 1 Pasawahan, Ajat Sudajat, tidak kunjung menemui para siswa didiknya yang menggelar demonstrasi. Setelah unjuk rasa selesai, sebagian siswa terpantau kembali masuk kekelas mereka masing-masing untuk mengikuti KBM, dan sebagian para siswa lainnya memilih untuk tetap diam di halaman sekolah menunggu keputusan Kepala Sekolah atas aspirasinya. Sampai berita ini diturunkan, Radar Purwakarta belum berhasil melakukan konfirmasi kepada Kepala Sekolah SMP Negri 1 Pasawahan.(awk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar