English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Kamis, 06 Februari 2014

Kontroversi Penjualan Buku LKS di Tirtajaya

Ada Kepsek yang Langsung Jual LKS

Adanya larangan penjualan LKS di lingkungan sekolah rupanya belum efektif diikuti sekolah di wilayah Karawang Utara. Salah satunya di SMPN 2 Tirtajaya. Di sekolah ini dikabarkan justru kepala sekolahnya yang memiliki inisiatif untuk melakukan penjualan buku LKS persiapan UN 2014 pada siswa.

YANG dikeluhkan para orang tua siswa, para orang tua dan komite tidak pernah diajak ngomong terlebih dahulu. Berdasarkan penghimpunan data di lingkungan sekolah SMPN 2 Tirtajaya, adanya penjualan buku LKS persiapan UN 2014 ini murni dilakukan kepala sekolah. Dimana baik guru ataupun komite tidak diberitahukan sebelumnya, bahkan untuk rapat orang tua juga hingga kini belum ada. Yang terjadi kepala sekolah melibatkan ketua kelas masing- masing untuk menjual LKS tersebut pada anak.
Berdasarkan sumber di lingkungan sekolah, dari siswa yang kebetulan menjadi ketua kelas tiga yang namanya sengaja dirahasiakan RAKA saat diminta tanggapannya terkait penjualan buku LKS UN 2014 membenarkan dirinya dilibatkan pihak kepala sekolah. Menurut siswa itu ia sebelumnya dipanggil dan dikumpulkan di ruang tata usaha sekolah. Pada saat itu, kepala sekolah meminta untuk menjualkan buku LKS pada anak seharga Rp 50 ribu di tiap kelas tiga. "Saya memang dikumpulkan untuk menjual LKS oleh kepala sekolah. Dan saat itu terjadi jual beli LKS oleh siswa kelas tiga yang sebelumnya memang diintruksikan kepala sekolah pada kita- kita,"akunya pada RAKA.
Ditambahkan dia,
Saat informasi yang didapat RAKA tersebut akan dikonfirmasikan pada Kepala Sekolah SMPN 2 Tirtajaya Engkus Sutisna, ia sedang tidak berada di sekolah. Sampai berita ini diterbitkan belum mendapat bantahan dari Kepsek SMPN 2 Tirtajaya tersebut.
Sementara itu, di SMPN 3 Tirtajaya melalui Kepala sekolahnya, Ade Ahmad mengatakan kalau untuk di lingkungan sekolahnya tidak ada kewajiban membeli buku LKS dan juga sebelumnya sudah ada rapat orang tua dan komite. Dalam hasil rapat tersebut, ada tawaran penjualan buku sebagai tambahan koleksi siswa mempersiapkan UN 2014 seharga Rp 50 ribu untuk dua buku persiapan UN tersebut.
"Kita sudah berupaya mencari celah untuk adanya keuangan sekolah memenuhi koleksi buku anak untuk tidak ada dari uang siswa. Tapi setelah dilakukan perhitungan dan juga rapat komite dan pembantu kepala sekolah (PKS) yang akhirnya keuangan sekolah memang tidak cukup untuk pembelian buku di luar buku yang memang didanai sekolah. Sehingga akhirnya, ada rapat orang tua dan juga ditawarkan kalau untuk menunjang koleksi buku sukses UN ditawarkan ada dua buku yang paling minimal satu dari penerbit satu dari penerbit GO,"akunya pada RAKA.
Ditambahkan dia,untuk siswa miskin atau yatim setelah didata sekolah mereka mendapat subsidi sekolah dengan membebaskan pembelian buku yang akan dibayar sekolah. "Selain tidak ada paksaan atau kewajiban, di SMPN 3 Tirtajaya bagi siswa miskin ataupun yatim mereka dibebaskan bayar buku,"jelasnya.  
Hampir sama dengan SMPN 3 Tirtajaya, saat dikonfirmasi Kepala Sekolah SMPN 1 Tirtajaya Cartono pada RAKA mengatakan kalau apa yang banyak beredar ada sekolah menjual LKS yang sifatnya wajib itu tidak terjadi dilingkungan SMPN 1 Tirtajaya. Meski ada penjualan LKS itu terlebih dahulu harus dimusyawarhakan dengan pihak komite dan orang tua siswa. Dan ini pun sifatnya tidak wajib, alias hanya berupa tawaran untuk meningkatkan koleksi anak yang ujungnya siaf UN 2014."Untuk penjualan LKS,yang seharga Rp.50 ribu dan wajib tidak ada di SMPN 1 Tirtajaya,"akunya.
Ditambahkan dia, dalam hal ini sekolah sudah menanggung semua kebutuhan siswa, termasuk siswa kelas tiga yang akan menghadapi UN. Dimana kebutuhan buku, bimbel sekolah dan persiapan lainnya sudah ditanggung sekolah. Adapun untuk kepentingan anak, mendapat nilai bagus yang secara paralel ada hubungan dengan koleksi buku latihan siswa (LKS) di luar yang dibuat guru dan sekolah. "Itu kita tawarkan pada orang tua, yang juga dipilih buku yang paling minim harganya.Kita memang ada buku LKS yang kita jual melalui koperasi yang sifatnya tawaran dan tidak wajib. Dengan penerbit yang mungkin sama dengan sekolah lain, namun harga dikita hanya Rp.27 ribu. Itupun kita persilahkan anak dan orang tua untuk membeli diluar sekolah dan boleh beda jika menganggap buku yang ada kurang bagus.Karna sudah jelas tujuan adanya buku LKS tambahan untuk peningkatan kemampuan anak agar mendapat hasil UN tinggi. Sehingga cara untuk mendapatkan itu bebas,tidak terpacu pada sekolah,"jelasnya.
Masih tambah dia, untuk SMPN 1 Tirtajaya, sudah menjadi agenda kalau mendidik siswa dengan sitem kebersamaan. Dimana dalam hal ini, bukan saja sekolah yang memiliki kewajiban menjadikan anak sukses.Tapi dalam hal ini sukses UN menjadi kewajiban semua termasuk orang tua yang selalu diajak ngomong dalam hal peningkatan mutu anak."Untuk setiap kebijakan yang sifatnya individu anak, kita selalu undang orang tua dan juga hasil rapat yang menjadi keputusan sekolah.Sehingga untuk ada tawaran LKS ijuri time UN ituh hasil rapat yang sifatnya tetap tidak wajib," jelasnya lagi pada RAKA.
Selain Cartono, wakil kepala sekolah, Dedi Kurnia juga mengaku kalau untuk SMPN 1 Tirtajaya tidak mewajibkan anak membeli buku LKS dan juga harganya Rp.50 ribu."Saya kebetulan memimpin rapat dengan orang tua, komite dan juga camat Tirtajaya.Dalam kesempatan itu memang ada usulan kalau untuk menambah koleksi pengetahuan anak ditawarkan buku LKS yang dilaur kebutuhan yang sudah disiapkan sekolah.Ini sifatnya individu, dari situ dipilih buku yang paling minim.Dan disediakan dikoperasi dengan harga Rp.27 ribu, namun meski dapat pesetujuan orang tua untuk anak bisa memiliki tidak wajib dan juga bebas jika mau beli diluar koperasi sekolah.Atas dasar itu, untuk SMPN 1 Tirtajaya kita tidak masuk dalam keluhan orang tua yang katanya ada kewajiban membeli buku LKS yang sama dengan disini tapi harganya Rp.50 ribu,"jelasnya pada RAKA. (dri)

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar