Baru-baru ini hujan yang turun sempat mengepung Dusun Krajan hingga air menggenangi jalan sampai tiga puluh cm. Faktor drainase yang tersumbat menjadi penyebab utama air meluap dan akhirnya melebar kemana- aman. Bahkan hingga jalan harus tergenangi air yang lumayan tinggi tersebut. Dari pengalaman tersebut, warga mencoba berusaha mengurangi banjir jika hujan turun lagi dengan melakukan bersih- bersih.
Warga Dusun Krajan Desa Rengasdengklok Utara yang bernama Kusnadi pada RAKA mengatakan, upaya warga ini bagian dari gotong royong atau kerja bakti untuk peduli lingkungan. Warga berharap untuk tidak kembali kebanjiran, karena faktor banjir yang kemarin merupakan luapan dari saluran drainase yang ada di Dusun Krajan tersebut. "Apa yang dilakukan warga merupakan upaya yang harusnya dilakukan sebelum musin hujan turun. Tapi ada istilah meski terlambat tapi berusaha untuk tidak kebanjiran lagi. Ini juga sebagai cikal bakal kembalinya kerja bakti warga untuk bersama- sama peduli lingkungan," katanya.
Ditambahkan Kusnadi, warga sendiri sebenarnya tidak pernah melupakan kerja bakti, tapi memang terkadang para pemimpin tidak banyak yang memberikan teladan dengan minimal menggerakan warga. Karena memang untuk warga, ajakan atau gerakan selalu menunggu intruksi pemimpin. Tapi untuk kegiatan kali ini, memang selain warga kadus juga hadir bersama warga dalam kerja bakti ini. "Selain warga ada kadus yang ikut kerja bakti ini.Karna memang tidak bisa dilepaskan warga harus terus diberikan contoh oleh pemimpinnya,"terangnya.
Wakil Endang, pada RAKA mengatakan, untuk kerja bakti ini memang terlambat tapi minimal ada usaha untuk tidak kebanjiran lagi. Dan sebagai pemimpin memang harus menjadi contoh juga dalam berbagai kegiatan, terutama yang melibatkan warga. "Seperti saat sekarang bersih- bersih tidak mungkin akan terjadi jika hanya warga saja.Karna warga berpikir, pemimpin yang sudah digaji justru malah enak- enak.Untuk saat sekarang warga bukan mals, tapi dia mikir,sehingga mnemang yang harus memberikan teladan pemimpin itu sendiri termasuk RT atau RW,"ungkapnya.
Ditambahkan dia, banjir harusnya menjadi momentum bersama untuk kembali peduli lingkungan. Mulai dari desa, kecamatan hingga Pemda. Sehingga dalam hal ini, keaktifan pemimpin memang harus peduli lingkungan. Jangan hanya berpikir musibah banjir itu faktor alam, tapi bagaimana masalah yang ada dijadikan momentum bersama."Untuk banjir yang mengepung Dengklok harusnya jadi evaluasi untuk pembangunan ke depan. Dimana peduli lingkungan, terutama saluran yang ada bagaiamna untuk mendapat perhatian serius.Karna banjir yang ada kali ini, jelas akibat tidak berfungsinya saluran drainase yang ada hampir merata di wilayah Karawang Utara,terutama Rengasdengklok yang jadi barometer perkotaan di Karawang Utara kalau perhatian terhadap drainase tidak ada,"ungkapnya.
Di tempat yang berbeda,warga lainnya,Supri pada RAKA mengatakan kalau apa yang terjadi saat ini, karna memang konsep pemeliharaan ataupun perbaikan drainase yang ada di Dengklok tidak ada.Bisa dibayangkan sifon yang bekas pemerintahan Belanda saja hingga kini tidak pernah ada upaya pemeliharaan atupun perbaikn.Jelas banjir yang ada kali ini, bukti nyata kalau apa yang ada hanya dari bekas pemerintahan Belanda.
"Coba kang bayangkan pembuangan air yang ada saat ini hanya ada satu sifon yaitu diwilayah Pacing Dewisari.Dan kondisnya juga sudah jauh berubah selain banyak pendangkalan, saluran yang menghubungkan juga sudah banyak penyempitan.Dan sejak dibangun jaman Belanda,hingga kini belum juga ada perawatan hingga.Dan buktinya hari ini,banjir sampai empat bulan mengepung warga Kalijaya dan Cikangkung Barat Desa Rengasdengklok Utara. "Harus ada revolusi untuk masalah saluran drainase yang ada di Rengasdengklok. Jangan sampai momentum banjir ini, hanya disikapi dengan sebatas bantuan mie Instan semata," pintanya. (dri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar