TEGALWARU, RAKA - Tingginya intensitas hujan bukan hanya memicu terjadi banjir dan longsor saja, dampaknya juga dirasakan oleh petani cabai. Mereka terpaksa panen dini karena faktor cuaca yang mempengaruhi perkembangan cabai.
Edin Saepudin, koordinator lapangan Daulat Tani mengatakan, sebelumnya pernah dicoba untuk tidak dipanen dan dibiarkan agar sampai merah, namun sebelum merah cabai tersebut sudah mulai berjatuhan. "Kesepakatan kelompok penanaman kali ini dipanen lebih hijau, karena khawatir kalau dipaksakan menunggu sampai merah justru akan busuk," katanya.
Edin memprediksi hal ini akibat tingginya curah hujan, sebab menurut pengalamannya cabai rentan terkena penyakit dan diserang hama saat musim hujan. "Saya berharap musim penghujan cepat selesai, agar merawat cabai lebih gampang. Dan untuk sementara kami harus bisa mempertahankan kondisi cabai meski cuaca buruk," katanya.
Engkong (19) salah seorang pemuda yang selalu actif dalam kegiatan berkebun mengatakan, baginya berkebun bukan hanya mengharapkan panen saja, akan tetapi lebih pada mengisi waktu yang lebih positif. Sebab menurutnya jika saja tidak melakukan aktifitas tersebut, dapat dipastikan untuk mencari kegiatan lain. "Berkebun merupakan pengganti kuliah, hingga kegiatan yang sehari-hari ini dilakukan merupakan pendidikan. Terlebih dalam berkebun cabai ini tidak bisa dilakukan dengan begitu saja, akan tetapi harus secara terus menerus merawat tanaman, karena jika dilakukan dengan santai tidak akan panen," tuturnya.
Bahkan Engkong memandang berkebun merupakan kegiatan yang harus dilakukan dengan tingkat kesabaran lebih tinggi, dimana para pemuda lain yang seumurannya lebih memilih bermain sementara dirinya melakukan kegiatan di kebun. "Berkebun dirasakannya lebih bermanfaat, dan merupakan salah satu sarana untuk mengarahkan pemuda dalam meminimalisir kenakalan remaja. Namun untuk dapat mewujudkannya saya menyadari kegiatan yang dilakukan harus dapat membuktikan dengan panen lebih optimal," ungkapnya. (ark)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar