English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Rabu, 29 Januari 2014

Barugbug Jebol

-Ratusan Rumah Terendam

JATISARI, RAKA - Debit air Bendungan Barugbug melonjak drastis dari kondisi normal pada Selasa (28/1) siang. Jika kapasitas bendungan normalnya 700 meter kubik/detik, sepanjang siang hingga malam hari naik jadi 1.068 meter kubik/detik. Tak ayal keadaan ini membuat ratusan rumah terendam khususnya di Desa Barugbug dan Desa Situdam, Kecamatan Jatisari. Bahkan akses jalan dari dan menuju Desa Barugbug tidak bisa dilewati.

Menurut petugas pemantau Bendungan Barugbug kepada Radar Karawang, debit air Bendung Barugbug naik tajam hingga tidak tertampung. "Bendung Barugbug jebol pada pukul 14.00 WIB karena debit air yang ada tidak tertampung lagi. Saat ini debit air terpantau di angka 1.068 meter kubik/detik. Padahal normalnya ialah 700 meter kubik per detik. Air bahkan sampai menggenangi jalan raya dan tidak bisa dilewati," jelasnya.
Akibat hal ini, beberapa dusun dilaporkan terendam. Paling parah ialah Dusun Sukasari di Situdam dan Dusun Leuweung Cengek di Barugbug. Air di kedua wilayah itu merendam ratusan rumah warga. "Yang pasti dengan kejadian ini, ada beberapa desa yang terdampak langsung yaitu Desa Barugbug dan Situdam. Air pasti naik," sambungnya. Ia mengaku jika tidak lagi turun hujan, kondisi ini bakal berlangsung singkat. "Hitungannya jam, kalau gak ada hujan bisa surut. Tapi kalau hujan lagi, debitnya bisa nambah," jelasnya.
Bendungan Barugbug merupakan bendungan zaman Belanda yang menampung aliran sungai Cilamaya dan Ciherang. "Kedua pintu air di dua sungai itu sudah kami buka lebar karena debit airnya besar sekali," tandasnya.
Sementara itu, menurut Mumu, warga Kampung Bakancau, Desa Barugbug, akibat jebolnya Barugbug, 100 rumah di wilayah itu terendam banjir. "Airnya sampai ke dada orang dewasa, kami semua terpaksa mengungsi ke Tanjungrasa perbatasan Subang dan Desa Situdam karena bahaya. Kami takut kalau debit airnya naik lagi," katanya.
Pantauan di lapangan, kondisi darurat terus terjadi di Bendungan Barugbug. Warga tidak bisa melintas sama sekali. Akibatnya jalur menuju Desa Barugbug terputus total. Warga terpaksa memutar lebih jauh untuk sampai di Desa Barugbug. Tim SAR diterjunkan untuk membantu proses evakuasi warga yang masih bertahan di Desa Situdam dan Barugbug. Proses evakuasi berlangsung hingga malam hari. Debit air bendungan belum bisa diprediksi hingga kapan akan surut.
Kabid Penanggulangan Bencana Dinas Sosial dan Penanggulangan Bencana, Supriatna, mengatakan debit air Citarum dan sipon Cibeet terus mengalami kenaikan secara signifikan sekitar pukul 15.25 WIB, begitupun debit air di Pos Kedung Gede. Bahkan Bendung Situdam-Barugbug juga mengalami kenaikan yang sangat cepat menuju Sungai Cilamaya. Informasi tersebut didapatnya dari laporan Divisi  PJT II. "Dari Walahar dan sipon Ccibeet debit besar, Kedung Gede kenaikannya cepat. Dari Barugbug ke kali Cilamaya dan Ciherang juga besar," kutip isi laporan dari Divisi PJT II.
Setelah mendapat kabar buruk Supriyatna melakukan pengecekan, dan  sekitar pukul 15.25 WIB informasi yang ia terima debit air di posko Kedung Gede 9.10 TMA. Dan terus mengalami kenaikan, sekitar pukul 19.00 WIB debit air meningkat menjadi 11.10 TMA. "Status (Karawang) siaga 3, TMA 11.00," imbuhnya.
Akibat kenaikan air cukup signifikan, membuat Desa Barugbug dan Desa Situdam terendam banjir akibat luapan Bendung Situdam-Barugbug. Mendapati informasi ini tim Tagana sebanyak 5 orang langsung meluncur ke lokasi untuk melakukan evakuasi. "Situdam limpas, Tagana sedang melakukan evakuasi warga," imbuhnya.
Satu buah perahu juga dikerahkan, namun informasi hingga pukul 20.00 WIB tim Tagana melakukan evakuasi tapi tidak menggunakan perahu karena ketinggian air di pemukiman  mencapai 50 centimeter, sehingga perahu belum dapat digunakan. "Tim Tagana sedang melakukan evakuasi, tidak pakai perahu karena ketinggian air sekitar setengah meter di pemukiman penduduk di sekitar Situdam," timpalnya.
"Jadi tim Tagana pakai tali untuk evakuasi, perahu sudah terjunkan tapi belum dipakai," lanjutnya.
Akibat lubernya Bendung Situdam-Barugbug ini tentu akan berimbas ke hilir yakni tingginya Sungai Cilamaya. Melihat itu Supriatna sudah memberikan himbauan ke seluruh kepala desa agar waspada jika air meninggi. Karena dari Situdam ke Cilamaya hanya membutuhkan waktu sekitar 3 jam. "Kita tetap waspada, saya sudah SMS kan ke seluruh kepala desa untuk aktifkan ronda," kata Supriatna.
Luapan ini juga diprediksi akan menimbulkan banjir yang cukup besar di wilayah hilir atau Cilamaya. Bahkan akan lebih besar dibandingkan banjir sebelumnya. "Prediksi akan lebih besar dari 13.35 (debit di Posko Kedung Gede pada Senin (13/1) silam) di Barugbug dan Situdam. Dan wilayah Cilamaya akan lebih besar, tapi kita berharap tidak," tandasnya.

Camat Jatisari Terjebak Banjir
Tim Save And Rescue (SAR) Kabupaten Karawang dikerahkan untuk melakukan penyisiran, dan evakuasi warga Desa Barugbug yang terisolir paska jebolnya bendungan zaman Belanda tersebut. Sebanyak dua perahu karet disiagakan sampai kondisi kembali normal.
Usep, warga Barugbug mengisahkan awalmula kejadian jebolnya Bendungan Barugbug. Sedari pagi, hujan memang sudah turun dengan derasnya. Pada saat itu, ia melihat hanya satu pintu saja yang dibuka, yakni Kali Ciherang. "Sedangkan yang Cilamaya tidak dibuka. Padahal debit air makin meninggi apalagi ditambah hujan tak berhenti-berhenti," kata dia.
Benar saja, sekitar pukul 14.00 WIB, air mulai naik dan menggenangi jalan di bendungan. "Kejadiannya sama kayak tahun-tahun lalu. Cuma kali ini kayaknya lebih parah. Karena naiknya cepat," sambung dia. Ia menduga curah hujan di hulu sangat besar hingga mengakibatkan bendungan tak sanggup menampung. Tak ingin mengambil resiko, warga lantas memblokade akses keluar masuk jalan menuju Barugbug. "Perkiraan kita surutnya antara malam hari atau besok pagi," tambahnya.
Melihat intensitas air yang semakin meninggi hingga sore hari, Tim SAR pun dipanggil untuk membantu proses evakuasi. Tim SAR baru tiba dilokasi pada pukul 19.00 WIB dan langsung mensterilkan bendungan yang sebelumnya dijejali ratusan orang yang hendak melihat jebolnya Barugbug. Dua perahu karet dikerahkan untuk membantu proses evakuasi.  Hingga berita ini diturunkan, Camat Jatisari dikabarkan terjebak di Desa Barugbug saat hendak memantau keadaan. Ia beserta rombongan memutar lewat perbatasan Subang untuk sampai ke Desa Barugbug melalui Tanjungrasa. "Camat masih disana tadi muter dulu lewat perbatasan Subang waktu mau ke Barugbug," kata salah satu pegawai kecamatan. (fah/vid)


Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar