Hasil pantauan RAKA, air dari KW 15 hingga KW 17 terlihat lancar dengan debit air cukup besar, namun begitu sampai Batujaya aliran air mulai mengecil. Bahkan saat sampai di Pakisjaya, air telah habis. Hal ini akibat pendangkalan dan petani tidak bisa memanfaatkannya dengan benar. Malah kebanyakan, air tersebut terbuang percuma sehingga pesawahan di wilayah Pakisjaya sering tidak kebagian air."Apa yang dilakukan hari ini sebagai upaya pengerukan agar air bisa sampai ke pesawahan Pakisjaya," ujar petugas pengairan bernama Maman.
Menurut Maman, seharusnya petani tidak perlu berebut air, karena telah ada jadwal pembagian dengan perhitungan kubikasinya. Sehingga tidak mungkin akan kekeringan, tetapi yang terjadi justru para petani sering menggunakan air melebihi kebutuhan. Alhasil banyak air yang terbuang percuma. "Kalau petani mau mengerti tentang jadwal pembagian air tidak akan terjadi ada yang tidak kebagian karena semua sudah diatur. Namun yang terjadi daerah yang bukan jatahnya malah mengambil air melebihi ukuran. Hal ini mengakibatkan sawah di Pakisjaya sering kekurangan," ujarnya.
Petani di Batujaya dan Pakisjaya berharap, dengan adanya normalisasi ini dapat melancarkan air hingga ke wilayahnya. Sebab, selama ini mereka mendapatkan air hasil dari mengebor air tanah dan mengambil dari Sungai Citarum dengan menggunakan mesin penyedot air.
Herman seorang petani mengatakan pada RAKA, untuk peswahan di Pakis saat musim hujan justru kebnajiran tapai saat kemarau malah kehabisan air. Saluran air yang dari irigasi terkadang belum sampai kepesawahan di Pakis malah sudah kehabisan. "Kita berharap ada solusi ke depan dalam jangka panjang bila perlu perlebaran saluran irigasi harus menjadi solusi untuk menjamin penyediaan pasokan air sampai ke Pakis. Sehingga gagal panen akibat kekeringan tidak akan terjadi di Pakis," harapnya. (dri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar