English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Kamis, 06 Februari 2014

Perajin Tegalwaru Berpotensi

TEGALWARU, RAKA - Dengan berbagai alasan ternyata pehobi burung kicau, atau hias terus memperlihatkan perkembangannya dengan pesat. Dengan adanya hobi ini, menyebabkan beberapa populasi jenis burung jadi langka bahkan punah. Alhasil, hal itu berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem, seperti merebaknya serangan ulat beberapa waktu lalu.

Meski demikian, dilihat dari sisi ekonomis ternyata maraknya pehobi burung bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak ekonomi kerakyatan, seperti industri rumahan kerajinan sangkar burung. "Kalau dihitung dari segi bahan baku dan modal memang masih seimbang, akan tetapi jika kita hitung dari segi waktu dengan rata-rata hasil kerja dalam tiga hari baru mendapat dua buah. Masih kurang dari cukup jika saja dihitung satu buah dihargai Rp 30 000, baru dalam per hari mendapatkan Rp 20.000. Itupun jika dalam penjualannya lancar atau jika sudah ada yang memesan," tutur Acong (43), pelaku kerajinan sangkar burung di Kampung Parakan Badak, Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, beberapa waktu lalu..
Untuk memperluas jaringan bisnis dan mendongkrak penjualan, Acong kerap menurunkan harga jual jika konsumen melakukan pembelian sangkar dengan jumlah besar. "Kalau dijual satu persatu cukup lumayan menguji kesabaran, karena terkadang pembuatan selanjutnya sudah selesai lagi. Sangkar yang hendak dijual belum juga terjual, berbeda dengan jika dibeli secara sekaligus menjadikan tidak lagi menunggu dan melanjutkan pada pembuatan sangkar berikutnya," tuturnya.
Menjalankan roda bisnisnya, ternyata Acong tidak melakukannya seorang diri, bersama para pekerja dirinya mampu membuat beberapa sangkar burung dalam satu hari. "Jika ada pesanan saya suka memanggil pekerja lain, apalagi kini di jalur Loji-Parakan Badak perajin itu banyak bermunculan, hingga membuat lebih gampang lagi dalam mencari pekerja untuk diperbantukan dalam mencapai terget. Begitupun dengan bahan baku yang memang masih cukup memadai," tuturnya.
"Jika ada yang memesan lebih banyak lagi tidak terlalu khawatir. Akan tetapi sampai saat ini pemesanan tersebut tak lebih dari sepuluh. Namun kalaupun demikian hasil pekerjaannya kalaupun agak lambat selalu ada yang membelinya," lanjutnya.
Dia juga menjelaskan bahwa dalam pembuatan sangkar burung tersebut mempunyai bentuk yang vareatif, hanya tergantung pemesanan sebelumnya. Namun kalau hanya membutuhkan dalam bentuk standar berbentuk segi empat dengan ukuran kurang lebih 30 centimeter persegi dengan tinggi kurang lebi 40 centimeter. Dalam kesempatan inipun dia mengharapkan adanya investor atau bandar yang senantiasa dapat selalu menyalurkan hasil karyanya atau membimbing, baik dalam membentuk dan membuat sangkar tersebut. Serta yang terpenting dalam pemasarannya, sebab disadari dalam profesi ini di daerahnya cukup lumayan berpotensi dengan banyak orang yang mempunyai kemampuan dalam membuat kerajinan tangan tersebut. (ark)


Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar