TUBUH perempuan renta ini berhasil ditemukan setelah petugas gabungan dari Tim SAR, Polisi, TNI, Satpol PP serta warga setempat bekerja lebih 24 jam. Awalnya, mereka terpaksa melakukan pencarian secara manual lantaran alat berat tak bisa menjangkau lokasi.
Dan tidak lama setelah tim yang membawa anjing pelacak dari Polda Jabar diturunkan ke lokasi, jasad perempuan yang dikabarkan tertimbun saat mencari rumput ini ditemukan. Kondisinya sudah tidak bernyawa, dan tubuhnya diliputi material longsoran.
"Posisinya ditemukan di kedalaman material longsoran hampir 10 meter. Diduga, saat kejadian korban terlempar bersama material longsoran akibat terjangan longsor yang hebat," ungkap Kepala Desa Cihanjawar, Nurhayat.
Menurutnya, penemuan jasad ibu tujuh orang anak ini langsung memecah tangis keluarga korban. Tidak lama, pihak keluarga dibantu warga sekitar langsung memandikan jasad korban. Selanjutnya, korban dimakamkan di TPU (Tempat Pemakaman Umum) setempat. "Jenazahnya langsung dimakamkan," ujar Nurhayat.
Sempat diberitakan, longsor kembali melanda Purwakarta. Kali ini yang menjadi korbannya adalah warga Kp Cihanjawar Desa Cihanjawar Kecamatan Bojong, Rabu (22/1) pagi. Akibatnya, satu orang warga atas nama Enok (50) dilaporkan hilang, dua rumah tertimpa longsoran dan belasan rumah lainnya rusak.
"Kejadiannya Rabu pagi sekitar pukul 07.00 WIb. Selain menimbun rumah, ada seorang nenek yang dilaporkan hilang diduga tertimbun longsoran. Dan sampai sekarang jasadnya belum ditemukan," ungkap Kepala Desa Cihanjawar Kecamatan Bojong, Nurhayat.
Menurut Nurhayat, tak lama setelah kejadian, warga dibantu Tim SAR dan TNI langsung melakukan upaya pencarian jasad korban, disamping juga melakukan evakuasi terhadap sejumlah barang milik warga yang masih bisa diselamatkan. Sayangnya, hingga Rabu siang, jasad perempuan yang belakangan diketahui bernama Enok ini belum juga ditemukan.
"Bencana ini merupakan kali kedua, di desa ini. Sebelumnya pernah terjadi banjir bandang, namun kala itu tak sampai menimbulkan korban jiwa. Warga juga sudah sering dihimbau supaya lebih waspada sebab intensitas hujan masih tinggi. Selain itu, perkampungan tersebut juga diketahui rentan terjadi gerakan tanah," papar Nurhayat. (nos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar