Menjelang perayaan Cap Gomeh 2565, segala sesuatu terus disiapkan oleh panitia. Dan kabarnya perayaan kali ini yang terbesar dalam sejarahnya, akan ada 46 patung dewa dewi, 53 barongsai, dan 20 liong dengan 3000 warga Tionghoa dari berbagai daerah akan tumpah ruah di Karawang.
Cap Gomeh atau dikenal dengan ruwat bumi akan diselenggarakan pada Minggu, 23 Februari mendatang, berbagai persiapan terus dilakukan agar acara yang dipusatkan di Bio Kwan Tee Koen ini berjalan lancar. Di sekitar klenteng mulai dipasang tenda dan juga lampion yang menghiasi jalan. Pada tahun ini diprediksi akan lebih meriah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "Ada 46 Joli (patung Kim Sin dewa dewi), 53 barongsai, liong 20," ujar penangung jawab acara, Natala Sumedha, kepada RAKA disela persiapan di Kleteng Kwan Tee Koen, Jumat (21/2).
Konon katanya perayaan kali ini terbesar sejak pertama kali digelar pada tahun 2000 silam. Bahkan Natala memprediksi akan ada 3000 warga Tiongoha yang datang pada perayaan Cap Gomeh di Karawang. "Diperkirakan akan ada 3000 undangan, karena kota di Jawa Barat bahkan diluar Jawa Barat ke sini, Provinsi Banten, Jawa Tengah, Provinsi DKI akan hadir, Palembang juga hadir. Ya semenjak dari awal digelar tahun 2000 an ini terbesar," beber Natala.
Lalu kenapa Karawang menjadi daya tarik warga Tionghoa untuk merayakan Cap Gomeh? Diakui Natala karena Kabupaten Karawang memikili toleransi umat bergama yang sangat tinggi. "Ketertarikannya karena toleransi umat beragama di Karawang sangat ketara, bukan hanya Tiongoha tapi pribumi juga. Mereka sangat antusias karena toleransi sangat besar," imbuhnya.
"Bukan hanya warga Tionghoa saja, tapi warga Karawang juga setiap tahunnya sangat antusias berpartisipasi dan menonton ruwat bumi ini," lanjutnya.
Disisi lain menurut kepercayaannya, ruwat bumi dipercaya sebagai bentuk bersyukur atas limpahan hasil bumi, dan juga berdoa agar terhindar dari musibah. "Disini ruwat bumi, bersyukur bahwa panen berlimpah. Kita juga mengadakan doa semoga terhindar dari marabahaya. Berharap bencana cepat selesai di seluruh Indonesia dan khususnya Karawang," katanya.
Sementara itu, setelah nanti patung dewa dewi dan juga hasil panen itu diarak keliling perkotaan Karawang, yakni start dari Klenteng Kwan Tee Koen lalu ke Jalan Tuparev, Kertabumi, Arif Rahman Hakim, Dewi Sartika, dan kembali ke klenteng dengan jarak sekitar 5 kilometer. "Setelah jalan membawa Joli (patung dewa dewi) dan hasil panennya itu boleh diambil," jelasnya. (vid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar