Kondisi itu membuat warga Kampung Baregbeg, Desa Wanasari, Hendrik prihatin. Kondisi ini diketahui sudah sering dialami oleh pihak sekolah sejak mulai hancurnya jalan antara Badami-Loji, atau sejak jalur tersebut dilewati truk tronton. Namun hingga kini belum ada tindakan nyata dari Pemerintah Kabupaten Karawang untuk mengatasi persoalan itu. "Apakah kondisi ini tidak diketahui oleh pejabat atau memang cuek, sebab kalau mengetahui kenapa sampai saat ini tidak ada tindakan atau antisipasi minimal agar proses belajar mengajar di sekolah tersebut tetap berjalan. Terus kalau tidak tahu saya rasa mustahil, sebab keberadaannya di pinggir jalan, masa tidak ada pejabat yang tidak mengetahui dan terus masa tidak ada yang membuat laporan sama sekali dengan kondisi seperti itu," ungkap Hendrik.
"Dampak dari rusaknya jalan benar-benar merugikan kami sebagai masyarakat kecil. Dalam kondisi seperti ini jangankan di lingkungan sekolah yang ada di pinggir jalan, rumah yang jadi tempat tinggal saja cukup lumayan jauh dari jalan dan terhalang oleh beberapa bangunan tetap selalu kotor. Namun sudah tidak ada pilihan lagi mau pindah-pindah kemana, sebab kalaupun pindah harus memerlukan biaya," tutur Aceng (35), warga setempat.
Aceng berharap kebijakan pemerintah lebih melihat pada kenyataan di lapangan, jangan sampai hanya beralasan keberlangsungan perusahaan, maka rakyat yang menjadi korban. "Saya yakin kalau pemerintah serius, perusahaanpun mau mengganti armadanya dengan yang lebih kecil. Karena jelas kenyataan pahit yang selalu diterima oleh masyarakat. Dan mungkin jika masyarakat yang ada di sini mempunyai tempat tinggal lain dan atau mempunyai biaya, sudah pindah menjauhi jalan atau polusi. Sebab kenyataan banyak rumah di pinggir jalan kosong karena ditinggalkan pemiliknya, besar kemungkinan pindah ke tempat yang lebih nyaman," ujarnya.(ark)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar