PURWAKARTA, RAKA - Pemkab Purwakarta akan merelokasi sejumlah warga yang berdomisili di Kampung Cilawang, Desa Cianting, Kecamatan Sukatani. Hal itu dianggap perlu dilakukan mengingat kondisi rumah akibat pergerakan tanah di pemungkiman tersebut semakin mengkhawatirkan.
"Memang dari dulu juga harus direlokasi, hanya masyarakatnya saja yang tidak mau. Untuk tahun ini tidak ada pilihan, kita akan relokasi mereka ke tanah lapang yang ada di atas, ada lahannya satu hektar sudah disiapkan," kata Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, saat dikonfirmasi, kemarin.
Dengan anggaran Rp 1,4 milyar yang sudah disiapkan Pemerintah lanjut Dedi, warga yang mengalami kerusakan rumahnya akibat pergerakan tanah yang semakin memburuk, akan dibuatkan rumah yang berkontruksi rumah panggung. "Perumahannya kita anggarkan 20 juta, kita buatkan rumah panggung karena menyesuaikan dengan lingkungan. Sehingga jika terjadi pergeseran tanah tidak terlalu berdampak. Beda dengan rumah yang terbuat dari dinding, yang akan bermasalah," terangnya.
Pihaknya mengaku, upaya yang tengah dilakukan saat ini yakni melakukan evakuasi terhadap korban yang sudah tidak lagi menempati rumah-rumah yang ambruk. Serta memberikan kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat. "Untuk sekarang kita kasih makan tiap hari, kirim tenda. Karenakan nggak mungkin sekarang kita lakukan pembangunan rumah untuk mereka," paparnya.
Sementara itu, Bamusdes desa setempat Asep mengatakan, jika kondisi rumah warga akibat pergeseran tanah yang terjadi semakin memburuk. Saat ini, 13 rumah sudah mulai ditinggalkan warga, akibat kondisi rumah warga yang semakin memperihatinkan. "Jalan penghubung kampung ada yang putus, kalau dua hari yang lalu baru dua rumah sekarang sudah berjumlah 13 rumah. Karena rusaknya makin parah," papar Asep saat dihubungi melalui selulernya.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 66 rumah terancam dampak gerakan natah di Kampung Cilawang RT. 23/08 Desa Ciating, Kecamatan Sukatani, hujan deras yang terus mengguyur beberapa hari terakhir membuat tanah terus bergeser, akibatnya rumah yang dihuni 78 kepala keluarga (KK) di kampung itu sudah mengalami retakan dan sebagian nyaris roboh.
Ketua RT setempat Mamat (30) mengungkapkan, pergerakan tanah sudah terjadi dari hari Senin (13/1) lalu. Kondisinya terus memburuk menyusul tingginya intensitas hujan selama satu pekan terakhir ini. Dari 66 rumah milik warga dua diataranya sudah tidak ditempati sejak Jumat (17/1) lalu. Pemiliknya memilih mengusi ke rumah kerabatnya yang juga di lokasi tersebut karena khawatir rumahnya abruk.
�Adapun dua rumah yang sudah tidak ditempati itu, milik keluarga Pak Anang dan Pak Lili. Mereka dan keluarganya mengunsi ke rumah tetangga sudah dua hari ini,� ungkapnya.(awk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar