English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Senin, 03 Maret 2014

Batu Zaman Neolitikum di Pangkalan Telantar

PANGKALAN, RAKA - Batu tunggal di Kecamatan Pangkalan yang diperkirakan berasal dari zaman neolitikum masih dibiarkan begitu saja. Akibatnya, batu yang biasa digunakan untuk tujuan religius itu dipenuhi tulisan orang yang tidak bertanggungjawab.

"Sangat disayangkan, batu bernilai sejarah ini tidak terurus. Sekarang dicorat coret oleh orang yang tidak bertanggungjawab menggunakan cat," sesal Anto, warga Kampung Jayanti, Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Minggu (2/3).
Selain batu tunggal, situs yang tidak kalah berharga juga ditemukan di Kampung Jayanti. Bekas telapak kaki yang dipercaya sebagai telapak kaki Prabu Siliwangi hingga sekarang masih samar. Satu-satunya petunjuk yang dijadikan pendekatan keberadaan situs tersebut adalah cerita turun temurun masyarakat setempat tentang orang yang mampu melompat sejauh 1000 meter dari Batu Gajah, Cijati, Gunung Sampora hingga telapak kakinya membekas di batu besar.  Terhadap keberadaan situs ini sebenarnya sudah pernah disinggung oleh Yasir, guru SMAN 1 Pangkalan. Karena perhatiannya kepada situs tersebut ia menyarankan agar temuan bekas telapak kaki dan telapak tangan, serta guratan menyerupai peta itu diteliti oleh seorang arkeolog. "Belum ada yang bisa memastikan temuan situs bekas telapak kaki dan telapak tangan ini. Bahkan sejauh ini sifatnya sebatas tebak-tebakan," ucap Yasir.
Pengajar inipun menyampaikan, sebelum ada penelitian belum bisa dikatakan tahun telapak kaki tersebut dibuat. Sebab dalam penelitian nanti juga pasti dicek tahun berapa gambaran pada batu tersebut dibuat. Bukan hanya itu saja, tambah Yasir, hasil investigasinya di daerah Pangkalan dan Tegalwaru jika melihat cirinya banyak sekali peninggalan purbakala yang bisa ditemukan, seperti menhir dan dolmen.
Sementara itu, Kasi Sejarah Museum dan Purbakala, H Firman SH, beberapa waktu lalu sempat mengatakan,  untuk menindak lanjuti penelitian di Tegalawaru, diharapkan tempat tersebutdijadikan kawasan strategis pelestarian cagar budaya dan masuk dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). "Pelestarian dalam konteks ini tidak hanya sebatas memberikan pelindungan tetapi juga melakukan pengembangan dan pemanfaatan, yang akhirnya dapat memberikan peranan dalam memperkuat pengamalan Pancasila," tuturnya. (ark)

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar