Karena harapan untuk mendapatkan pesanan cetakan alat peraga kampanye, lagi-lagi pada pemilu kali ini terbilang sepi. Kalaupun ada, hanya cetakan-cetakan berskala kecil seperti kartu nama dan stiker bergambar parpol dari beberapa caleg saja. Sedangkan pesanan berskala besar berupa baliho, spanduk, bendera, sampai kaos, ungkap seorang pemilik percetakan di jalan Niaga, Jujun Jumarsah, tidak pernah menerima hingga masa kampanye terbuka dimulai sejak tanggal 16 Maret lalu.
"Kondisi begini sebenarnya bukan barang baru. Setiap kali pemilu orderan khusus dari parpol-parpol maupun caleg tidak begitu banyak. Kalaupun tidak kami pungkiri, orderan atribut kampanye tetap ada. Hanya ya itu tadi, tidak begitu melonjak. Artinya, momentum pemilu tidak lantas membuat kami ikut panen. Buat saya pribadi sih disyukuri saja lah," ungkap Jujun tanpa mau memberikan keterangan lain tatkala RAKA mencoba mempertanyakan kemana saja pesanan alat peraga kampanye parpol dan caleg Karawang yang cukup bertebaran di berbagai tempat sejak kampanye tertutup dan terbatas berlangsung.
Namun Bambang Dewanto yang punya percetakan dan sablon Bintang Karawang Jaya di jalan Sutakarya Anjun, lebih berani mengatakan, bahwa diketahuinya banyak parpol dan caleg di sini yang memesan alat peraga kampanye di Jakarta bahkan Bandung. "Katanya harga di kedua kota besar itu lebih murah di banding mereka nyetak di Karawang. Terus terang memang soal harga ada perbedaan. Tapi saya kira selisihnya tidak begitu banyak. Masih dalam batas wajar ko. Kalau boleh saya pertanyakan, sejauhmana keberpihakan mereka (parpol dan caleg) terhadap pengusaha kecil? Ini kan jadi catatan kami. Padahal mereka pasti butuh suara dari kami juga kan?" sentilnya.
Dipertegas Bambang yang sudah tidak aktif lagi di parpol sejak beberapa tahun silam, bahwa janji-janji kampanye para politisi untuk menyejahterakan rakyat tak lebih hanya sebatas lips service atau omong kosong. Buktinya, hal-hal kecil saja luput dari perhatian mereka. "Bagaimana pengusaha kecil seperti kami bisa makin membaik tatkala di tengah peluang untuk mendapatkan lonjakan order alat peraga kampanye malah nyaris gigit jari? Mereka lebih mempertimbangkan selisih harga dibanding niatan tulus membuktikan keberpihakan ke percetakan lokal. Bagaimana kami bisa percaya terhadap komitmen para caleg kalau begini terus?" sesalnya sambil memastikan bahwa kondisi serupa dialami pula sesama rekannya yang punya percetakan di Karawang.
Hal ini dibenarkan beberapa orang pemilik percetakan dan sablon lainnya yang enggan menyebut identitasnya. "Secara umum kondisinya memang begitu pak. Ya kalau bicara mah jadi 'hareurin letah' (serba salah). Pokoknya mah begitu lah. Intinya, masa kampanye tidak membuat kami ikut merasakan panen orderan," demikian di antara pengakuan para pengusaha bermodal kecil ini. (vins)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar