JATISARI,RAKA- Kekesalan terhadap petugas pengamat Bendung Barugbug ternyata tak hanya disampaikan oleh warga Desa Barugbug semata, namun juga disuarakan oleh warga Desa Situdam yang merasa bahwa petugas telah lalai membuka pintu air saat kondisi debit naik, hingga air deras masuk ke pemukiman warga di Kampung Krajan, Desa Barugbug dan Kampung Sukasari, Desa Situdam. Warga lantas naik pitam bahkan berencana mengepung kantor pengamat. Beruntung Kepala Desa Situdam berhasil meredakan amarah warganya, sehingga hal-hal yang tak dikehendaki tidak terjadi. Petugas Bendung Barugbug menyangkal pihaknya lalai. Bahkan, kenaikan debit air tercatat setiap jamnya. Bendungan zaman Belanda itu memiliki kapasitas terbatas jika harus dikirim gelontoran air dengan debit besar.
Sudin ( 42), warga Kampung Sukasari, Desa Situdam mengatakan, luapan air yang menggenangi rumah warga diakibatkan ketidakcermatan petugas mengantisipasi kenaikan air. �Selain air kiriman, petugas Bendung Barugbug juga tidak sigap, dan lambat membuka pintu pembuang,� kata dia menduga. Oleh sebab itu banyak warga yang naik pitam saat luapan air menerjang rumah-rumah mereka.
Ditempat lain, Iwan, Kepala Desa Situdam, Kecamatan Jatisari, mengaku kewalahan menjaga amuk massa yang hendak mengepung kantor jaga Bendung Barugbug. Mereka sangat geram kepada para petugas, karena kejadian itu sudah terulang sebanyak 3 kali dalam dua tahun. Bukan saja aset harta benda mereka yang rusak, bahkan infrastruktur jalan masuk ke Kampung Sukasari terputus dan roda perekonomian nyaris lumpuh. �Coba kalau mereka sigap setelah melihat ada tanda-tanda meluap sungai, sebaiknya segera membuka pintu pembuang, dipastikan tidak akan terjadi seperti ini,� tuturnya.
Lebih lanjut Iwan mengatakan, keberadaan Bendungan Barugbug ini besar manfaatnya untuk pertanian, namun jika petugasnya kurang cermat, bakal merugikan masyarakat juga. Padahal kerugian warga dalam satu kali kebanjiran saja, bisa mencapai jutaan rupiah, terlebih ini merupakan kejadian kali ketiga. Iwan menegaskan, kerugian warga seperti mesin pompa air di rumah-rumah warga mengalami kerusakan, kulkas, mebeleur, tempat tidur rusak karena terendam. �Warga banyak dirugikan, kalau memang bisa, sebaiknya petugas tersebut segera mengganti dengan petugas yang lebih baik lagi,� pinta Iwan.
Sementara itu, Omin, petugas Bendung Barugubug pasrah jika ada warga yang terus mempersoalkan kinerjanya. Namun yang jelas, ia sudah berupaya maksimal dengan memantau kenaikan air setiap jamnya. �Kita catat terus setiap jamnya, bahkan petugas hingga Kepala Divisi sampai jam 08.00 pagi nginap di kantor. Namun perlu masyarakat pahami, bahwa kapasitas Bendung Barugbug sendiri hanya 700 meterkubik/detik. Sedangkan kemarin, debit air mencapai 1000 meterkubik/detik. Artinya kita memang kelebihan beban,� kata dia menjelaskan.
Bahkan, petugas juga sudah berupaya untuk meminimalisir dampak luapan dengan membelikan sirine untuk mengingatkan warga. �Jadi kalau air naik, sirine kita bunyikan, sehingga warga waspada,� sambungnya. Saat ditanya soal amarah warga yang menyalahkan pihaknya, ia mengaku pasrah dan menerima sebagai bagian dari konsekuensi pekerjaan. (fah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar