DEJELASKAN Ketua DPRD, selain soal kondisi air, kami pun akan menanyakan kondisi turbin saat ini. Pasalnya, hingga kini status turbin di Bendungan Ir Djuanda (Jatiluhur) belum pernah terkontrol. Ia mensinyalir kondisi air yang kotor lantaran tidak berfungsinya enam turbin dari delapan turbin yang ada di waduk tersebut. Akibatnya limbah yang ada tidak tersaring dan dialirkan dengan bebas ke Sungai Citarum.
Selain memanggil pengelola waduk Jatiluhur, tambah Ujang, dewan pun akan memanggil beberapa pihak terkait lainnya. Seperti, Badan Lingkungan Hidup (BLH) setempat, serta beberapa perusahaan yang terdapat di bantaran sungai Citarum.
�Khusus untuk BLH, kami akan tanya sudah sejauh mana kinerja mereka dalam hal pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang ada di bantaran sungai Citarum,� ungkap Ujang Wardi, Minggu kemarin..
Sementara Direktur Utama PJT II Jatiluhur, Herman Idrus beberapa waktu lalu mengakui, jika air yang keluar dari waduk seperti air comberan. Hal itu, menurutnya, disebabkan oleh tingginya pencemaran limbah pakan ikan. Ia mengaku tak bisa berbuat banyak selama waduk tersebut masih jadi area budidaya ikan air tawar.
Menurutnya, selama masih terdapat jaring apung di perairan Jatiluhur kondisi seperti ini akan terus terulang.
Dijelaskan, selain berdampak pada pencemaran air, limbah pakan ikan juga berpotensi menjadi pemicu korosi pada turbin. Sebab, air waduk tersebut sudah tercampur dengan berbagai zat. Salah satunya, zat asam sulfat. Zat tersebut, semakin lama akan mempercepat korosi pada dinding dan logam turbin.
�Satu-satunya solusi guna meminimalisasi pencemaran, yakni dengan mengurangi jumlah kolam jaring apung. Namun, untuk mengurangi jumlah kolam perlu kesadaran kolektif. Terutama, kesadaran dari para pembudidaya itu sendiri,� ujar Herman saat itu.
Sebelumnya, sejumlah warga yang bermukim di sepanjang bantaran sungai Citarum tepatnya di Desa Cikao Bandung Kecamatan Jatiluhur mengeluhkan soal air yang keluar dari Waduk Jatiluhur. Air buangan dari waduk terbesar di Jabar ini berwarna hitam pekat dan berbau menyengat. Mereka pun menduga, air yang dikeluarkan dari turbin waduk tersebut sudah tercemar limbah yang diduga berasal dari pakan kolam jaring apung.
Kondisi ini membuat mereka terganggu. Apalagi, Sungai Citarum merupakan salah satu sumber kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut. (rk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar