English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Kamis, 06 Maret 2014

Calo Rusak Harga Jual Gabah

- Petani Merugi

TIRTAMULYA,RAKA- Memasuki masa panen, petani di Desa Bojongsari, Kecamatan Tirtamulya, mengeluhkan hasil panen yang minim. Hal tersebut karena serangan hama, terutama hama tikus, akibatnya petani mengalami kerugian. Selain itu, banyaknya calo pun semakin menyulitkan petani untuk meraih keuntungan.
Abdul (29), salah seorang warga Desa Bojongsari mengatakan, kualitas padi saat ini buruk lantaran banyak hama yang menyerang, terutama hama tikus. Banyak padi yang rusak dan menyebabkan pendapatan petani mengalami penurunan. "Hasil panen kali ini menurun, selain kualitasnya buruk, produktifitasnya juga rendah. Soalnya banyak hama yang menyerang, terutama hama tikus. Petani mengalami kerugian akibatnya," katanya pada RAKA, Rabu (5/3) kemarin.
Padahal, lanjutnya, harga gabah saat ini terbilang tinggi. Jika kualitas dan hasil panen bagus, petani bisa mendapatkan keuntungan, sehingga biaya bertani bisa tertutupi. "Harga gabanya lumayan bagus, tapi sayang hasilnya jelek. Sementara biaya untuk bertani cukup besar. Ini yang dikeluhkan petani sekarang," tuturnya.
Selan di Bojongsari, sejumlah lahan pesawahan di Desa Karangtanjung dan Pasirtanjung, Kecamatan Lemahabang, juga sudah mulai memasuki masa panen. Sayangnya, meskipun harga gabah tergolong tinggi diatas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yakni mencapai Rp 4.500-4.600 per kilo. Namun, besarnya biaya produksi dianggap masih belum sebanding dengan hasil yang didapatkan, ditambah banyak calo yang merusak harga.
Ketua Kelompok Tani Johar II, Desa Karangtanjung, Duyeh mengatakan, besaran harga gabah saat ini sekitar Rp 4.500 per kilo dengan hasil produksi 6 ton per hektarnya. Sayangnya, harga diatas HPP tersebut seringkali anjlok nilai jualnya saat sampai ketangan petani karena permainan calo yang membeli gabah dengan harga Rp 4.000 per kilo. "Harga sih tinggi, tapi kalau lewat calo ini harga jual sampai ke petani menjadi turun. Kalau gak ada pihak ketiga, kita juga susah jual kan," ujarnya.
Sementara itu, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Karangtanjung, Suhada SP, mengakui harga gabah untuk panen perdana di Kecamatan Lemahabang, harganya cukup stabil dikisaran Rp 4.500 ribu per kilo. Namun jika dihitung-hitung, di musim gadu ini harga besar sekalipun masih belum seimbang dengan biaya produksi. Pasalnya, biaya yang harus dikeluarkan petani untuk modal traktor, penyemprotan, obat pestisida pengendalian hama sampai dengan jasa rontog mencapai Rp 6 juta per hektar. Terlebih, lanjut Suhada, minimnya alat pengering padi membuat besaran harga jual gabah tidak menguntungkan. "Rata-rata 6 ton per hektarnya, semoga saja sebanding dengan biaya produksinya," pungkasnya. (rud/asy)

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar