Hal itu diungkapkan Ketua Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Hj. Nyimas Dedeh Badriyah, kemarin (2/3) di Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah, Kampung Cipulus, Desa Nagrog, Kecamatan Wanayasa. "Menjadi pahlawan itu tidak harus ikut perjuangan kemerdekaan, tapi mengisi kemerdekaan dengan berbuat dan bertindak atas nama kemanusiaan. Menjaga perbedaan menjadi rahmat, dan menggerakan kehidupan di sektor-sektor dimana keahlian seorang wanita diperlukan," ucap Nyimas.
Nyimas mengatakan itu dalam acara Istigosah Maulid Nabi Muhamad SAW, Hari Lahir Fatayat NU, dan Haul KH. Abdurahman Wahid atau Gus Dur (Mantan Presiden RI) di Ponpes tersebut. Menurut Nyimas, mengisi kemerdekaan dengan kegiatan-kegiatan kemanusiaan akan membangunan gerakan yang positif dan mampu menginspirasi orang lain untuk berbuat baik dalam tempat dan kondisi apapun.
Perempuan yang terkadang dinilai sebelah mata, lanjut dia, harus bisa mengambil perannya, sesuai minat dan kemampuan yang dimiliki. Karena, perempuan mesti menjadi pelopor dalam setiap lingkungan, minimal dalam kehidupan peribadi. "Gus Dur adalah inspirator buat kita semua, tak luput juga soal gerakan perempuan NU di Indonesia. Gus Dur sangat menghargai dan menghormati hak-hak perempuan, karena intinya ajaran Gus Dur adalah memanusiakan manusia dalam konteks apapun. Sejarah tidak akan pernah terulang, tapi sejarah bisa diciptakan oleh kita sebagai manusia. Untuk itu, buatlah kebaikan yang berguna bagi masyarakat mulai saat ini," jelasnya.
Hadir dalam kesempatan tesebut istri almarhum Gusdur, Sinta Wahid, dan sejumlah tokoh Muspida Kabupaten Purwakarta. Serta para elit partai politik yang sengaja datang untuk memenuhi undangan.
Ribuan masyarakat memadati acara yang berlangsung meriah tersebut, terutama perempuan dari Keluarga Besar NU (KBNU) Purwakarta, dan Gusdurian (Pecinta Gus Dur) Purwakarta. (awk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar